Minggu, 29 April 2012

SADARI

A. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Definisi
SADARI adalah pemeriksaan/ perabaan sendiri untuk menemukan
timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005).
2. Tujuan SADARI
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi
dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan
masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik.
SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada
payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir
untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30
tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang
ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak
dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga
kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).
Mayo Fundation for Medical Education and Research (2005)
mengemukakan bahwa beberapa penelitian memang menunjukan SADARI
tidak menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun
kombinasi antara SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk
menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan Murray
(2006) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat
menemukan tumor/benjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan
awal benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk
mendeteksi interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat
melakukan mamografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara.
3. Target dan waktu pelaksanaan
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia
20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala
pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka
masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan
SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut
jaringan payudara sudah terbentuk sempurna.
Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika
wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI
secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada
payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal
atau tidak berubah selama bertahun - tahun. Wanita yang belum
menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab
perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada
payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu
minggu setelah menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya
dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin
dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).
4. Pedoman melakukan SADARI
Berikut ini langkah – langkah melakukan SADARI menurut
Smeltzer(1996):
Langkah 1 :
a. Berdirilah di depan cermin.
b. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidaknormal.
c. Perhatikan adanya rabas pada puting susu, keriput, dimpling atau kulit
mengelupas
Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur
pada payudara. Jadi ketika melakukan SADARI, anda harus mampu
merasakan otot – otot anda yang menegang.
Langkah 2 :
a. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan anda
dibelakang kepala anda ke arah depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudra anda.
Langkah 3 :
a. Selanjutnya tekan tangan anda ke arah pinggang anda dan agak
membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah
depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda.
Beberapa wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika
sedang mendi dengan shower. Jari – jari akan meluncur dengan mudah
diatas kulit yang bersabun, sehingga anda dapat berkonsentrasi dan
merasakan setiap perubahan yang terjadi pada payudara anda.
Langkah 4 :
a. Angkat tangan kiri anda.
b. Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda dengan kuat,
hati – hati dan menyeluruh.
c. Mulailah pada tepi luar, ttekan bagian datar dari jari tangan anda dalam
lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar payudara.
d. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.
e. Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara.
f. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah lengan,
termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri.
g. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.
Langkah 5 :
a. Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan adanya rabas.
b. Jika anda menemukan adanya rabas dari puting susu dalam sebulan yang
terjadi ketika anda sedang atau tidak melakukan SADARI, temuilah
dokter anda.
c. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda.
Langkah 6 :
a. Tahab 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring.
b. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di bawah
kepala anda dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah
bahu kiri.
c. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas.
d. Ulangi pada payudara kanan anda.
B. Kanker Payudara
1. Definisi
Kanker payudara adalah segolongan penyakit sebagai akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel – sel jaringan tubuh pada payudara yang
bila tidak cepat ditangani dan diobati akan menyebabkan kematian (Otto, S,
2005)
2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui
namum data epidemologik mengisyaratkan bahwa faktor genetik, endokrin
dan lingkungan mungkin sangat berperan inisiasi dan/atau promosi
pertumbuhan kanker payudara (Suddarth dan Brunner, 2003).
a. Genetik
Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki
peningkatan resiko mengalami kanker payudara namun saudara tingkat
pertama (saudara kandung, orang tua, anak) memiliki peningkatan resiko
dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Hampir
5% dari semua pasien kanker payudara memiliki kelainan genetik
spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara mereka.
Para peneliti menemukan gen dengan nama BRC-1 (Breast Cancer 1) dan
BRC-2 (Breast Cancer 2). BRC-1 dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita
dan mutasi BRC-2 memyababkan 5% dari kanker payudara yang
disebabkan karena faktor keturunan.
b. Lingkungan
Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada penderita
tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkatkan resiko terkena
kanker payudara (radiasi yang disebabkan sinar X pada payudara atau
mamogram tidak dapat diperbandingkan dengan terapi radiasi
tuberculosis atau kanker lain dan tidak menyebabkan kanker fan tidak
perlu dikhawatirkan). Pestisida seperti DDT juga perlu diperhatikan.
c. Endokrin
Banyak faktor yang meningkatkan resiko kanker payudara.
Menstruasi yang mulai pada usia terlalu muda, menopouse yang
datangnya terlambat (usia lebih dari 51 tahun), mempunyai anak pertama
di atas usia 30 tahun atau tidak sama sekali mempunyai anak akan
meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Semua faktor tersebut
berhubungan dengan hormon estrogen. Kanker payudara juga
berhubungan dengan penggunaan hormon estrogen yang digunakan
sebagai terapi menopouse.
d. Diet
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat
meningkatkan resiko terkena kanker payudara, tetapi penelitian lain tidak
memperlihatkan hasil tersebut. Karena mengkonsumsi makanan berlemak
tinggi dihunungkan dengan resiko terkena kanker payudara dan penyakit
hati maka lebih baik apabila membatasi konsumsi makanan berlemak.
e. Alkohol
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang
bermakna antara intake alkohol dengan resiko kanker payudara. Data
additional dari studi prospektif menunjukan dampak intake alkohol yang
berhubungan dengan peningkatan level esterogen.
3. Faktor resiko
Menurut Gale dan Charette (1999), faktor resiko terjadinya kanker
peyudara adalah :
a. Usia diatas 40 tahun.
b. Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga.
c. Menstruasi pada usia muda/usia dini.
d. Menopouse pada usia lanjut.
e. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut.
f. Pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonomi yang lebih tinggi.
g. Penggunaan eksogen esterogen jangka panjang dan progestin.
h. Terpajan pada radiasi pengionisasi berrlebihan.
i. Riwayat penyakit fibrokistik.
j. Kanker edometrial, ovarium atau kanker kolon.
4. Tanda dan gejala
Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa ada tanda dan gejala).
Tanda dan gejala yang paling umum adalah adanya benjolan atau penebalan
pada payudara, sedangkan tanda dan gejala lanjut kanker payudara meliputi
kulit cekung, retraksi atau deviasi puting susu dan nyeri, nyeri tekan atau
rabas khususnya berdarah dari puting. Kulit tebal dengan pori – pori
menonjol sama dengan kulit jaruk dan atau ulserasi pada payudara
merupakan tanda lanjut dari penyakit. Jika ada keterlibatan nodul, mungkin
menjadi keras, pembesaran nodul limfa aksilaris membesar dan ataunodus
supraklavikula teraba pada daerah leher. Tanda dan gejala dari metastase
yangluas meliputi nyeri pada bahu, pinggang, punggung bagian bawah atau
pelvis; batu menetap; anoreksia atau berat badan menurun; gangguan
penceernaan; pusing; penglihatan kabur dan sakit kepala (Gale dan
Charette, 1999).
5. Tingkatan klinik kanker payudara
a. Stadium I
Tumor kurang dari 2 cm, terbatas pada payudara, tidak ada nodul
limfa positif dan belum ada penyebaran.
b. Stadium II
Tumor kurang dari 2 cm dengan adanya nodul limfa positif, tidak
ada penyebaran atau tumor 2-5 cm dengan atau tanpa nodul limpa positif,
tidak ada penyebaran atau tumor lebih besar dari 5 cm dengan nodul
limfa negatif, tidak ada penyebaran yang nyata.
c. Stadium III
Tumor lebih besar dari 5 cm dengan nodul limfa positif dan belum
ada penyebaran atau tumor menyebar ke dinding dada atau kulit, terdapat
nodul positif pada payudara tanpa ada penyebaran yang nyata.
d. Stadium IV
Beberapa metastase jauh ke otak, paru – paru, hati atau tulang;
dengan atau tanpa nodul limfa positif.
6. Pencegahan, penapisan dan deteksi dini
Beberapa cara yang dipakai untuk scrining kanker payudara adalah :
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), merupakan pemeriksaan
payudara sendiri yang dilakukan sendiri tiap bulan setelah menstruasi
pada wanita yang telah berusia 20 tahun.
b. Pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
misalnya dokter spesialis bedah, dokter umum atau perawat terlatih.
c. Pemeriksaan imaging, seperti mamografi dan ultrasonografi. Mamografi
merupakan pemeriksaan radiodiagnostik khusus dengan menggunakan
teknik foto “soft issue” pada payudara. Pemeriksaan ini digunakan pada
program skrining karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi sekitas 80-90%.
C. Pengetahuan, praktik dan simulasi
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
ini terjadimelalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2007).
Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi pengertian,
epidemologi, penyabab, faktor resiko, tanda gejala, tingkatan klinik dan
pencegahan serta deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan menganai
kanker payudara pada Mahasiswi diperoleh dari berbagai sumber,
diantaranya dari kuliah, buku dan literataur, interrnet dan berbagai sumber
lainya yang berisi informasi mengenai kanker payudara.
Tingkatan pengetahuan meliputi :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai memgingat suatu materi yang telah dipelajari
sebalumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pprngatahuan yang paling rendah. Kasta kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.
b. Memahami (komprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orangg yang telah paham terhadap objek atau
materi hatus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan materi yang telah dipelajari
pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebaggai aplikasi atau
hukum–hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainyadalam konteks
atau situasiyang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang
diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materri atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemempuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaita dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah
ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al (2006) dengan judul Self
examination of the breast for early detection of breast : The role of medical
student in the Faculty of Medicine – University of Gezira – Sudan
menunjukan bahwa pendidikan di Fakultas Kedokteran mempengaruhi
pengetahuan, pengalaman dan sikap mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Gezira terhadap deteksi dini kanker payudara dengan
malakukan SADARI secara rutin (Sudan. J. Public Healt 2006; 1 (1): 36-
42)
2. Praktik atau tindakan
Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui.
Secara lebih operasional praktik dapat diartiakan sebagai suatu respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek
tersebut. Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif yang meliputi
pengetahuan, persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif merupakan
tindakan yang nyata atau practice. Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4
unsur pokok yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan
lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung dan sering disebut convert behaviour (Notoatmodjo,
2007). Pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya praktik. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik individu
dalam bekerja adalah karakteristik demografi berupa usia, jenis kelamin,
status kawin, banyaknya tanggungan dan masa kerja.
Menurut Notoadmodjo (2007), Praktik memiliki beberapa tingkatan,
yaitu :
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah
mencapai praktik pada tingkat tiga.
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut.
Secara lebih terperinci praktik manusia sebenarnya merupakan refleksi
dari berbagai gajala kajiwaan, seperti pengetahuan, dukungan, fasilitas,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak rutin melakukan
SADARI atau bahkan menghindarinya adalah rasa malas, takut,
beranggapan bahwa dirinya tidak beresiko, malu, tidak tahu cara/ terniknya,
merasa tidak perlu lagi setelah menopouse, lupa dan tabu (Reeder, 1997).
3. Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan
cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu
(Yazan, 2009).
Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang
membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan
sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran ini
dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan
kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh
konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan
tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses
sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan
dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya,
dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator.
Model pembelajaran simulasi menurut Menurut Joyce dan Weil (1980)
dalam Udin (2001:66), bertujuan untuk:
a. melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.
b. memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
c. melatih memecahkan masalah.
d. meningkatkan keaktifan belajar.
e. memberikan motivasi belajar.
f. melatih untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok.
g. menumbuhkan daya kreatif.
h. melatih untuk mengembangkan sikap toleransi.
D. Keterkaitan pengetahuan tentang kanker payudara dengan simulasi
praktik SADARI
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan pada perempuan yang
paling sering dijumpai di negara-negara barat. Tahun 1994 American Cancer
Society (ACS) memperkirakan rata-rata wanita Amerika yang beresiko terkena
kanker payudara adalah 1:8. Tahun 2004, di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 215.900 kasus kanker payudara baru pada wanita dan 40.110 wanita
meninggal akibat penyakit ini.
Faktor resiko terjadinya kanker payudara adalah usia diatas 40 tahun,
ada riwayat kanker payudara, menstruasi usia dini, menopouse pada usia
lanjut, tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut,
pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonominya lebih tinggi,
penggunaan eksogen esterogen, riwayat penyakit fibrokistik, kanker
endometrial, ovarium atau kanker colon (Gale dan Charette, 1999)
Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan
pemeriksaan payudara sendiri. SADARI dianjurkan dilakukan segera ketika
remaja putri mulai mengalami pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas.
Pada wanita muda sedikit sulit karena payudara mereka masih sangat
berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan
SADARI pada usia 20 tahun karena pada usia tersebut umumnya jaringan
payudara pada wanita telah terbentuk dengan sempurna.
Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi definisi, etiologi,
epidemologi, tanda dan gejala, faktor resiko serta pencegahan dan deteksi dini
kanker payudara. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari kuliah, membaca
literatur, surat kabat, internet dan sumber lainya.
Simulasi praktik dipengaruhi oleh pengetahuan, keinginan, kehendak,
minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Beberapa faktor yang
menyebabkan wanita tidak rutin melakukan SADARI atau bahkan
menghindarinya adalah rasa malas, takut, berangapan bahwa dirinya tidak
beresiko, malu, tidak tahu cara/ tekniknya, merasa tidak perlu lagi setelah
menopouse, lupa dan tabu (Reeder, 1997). Simulasi praktik SADARI
merupakan kebiasaan dalam melakukan SADARI meliputi alasan, waktu,
frekuensi dan ketepatan dalam melakukan teknik SADARI sesuai pedoman
pelaksanaan SADARI.
Pengetahuan banyak dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sarana
fisik dan sosio budaya masyarakat. Pengetahuan merupakan faktor
predisposisi terbentuknya perilaku. Pengetahuan tentang kanker payudara
akan mempengaruhi simulasi praktik SADARI. Pengetahuan yang baik
tentang kanker payudara dari wanita akan membentuk simulasi praktik
SADARI yang baik pula.