Minggu, 08 Januari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS


I.              PENGERTIAN
·  Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
·  Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
·  Gagal nafas terjadi bilamana  pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

II.           PATOFISIOLOGI

               Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

III.        ETIOLOGI

1.       Depresi Sistem saraf pusat
      Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2.       Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3.       Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4.       Trauma
      Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks  dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
5.       Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

IV.        TANDA DAN GEJALA

A.     Tanda
      Gagal nafas total
·  Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
·  Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
·  Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
·  Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
·  Ada retraksi dada
B.     Gejala
·  Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
·  Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

V.           PEMERIKSAAN PENUNJANG

· Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan          :       PaO2 < 80 mmHg
Sedang          :       PaO2 < 60 mmHg
Berat             :       PaO2 < 40 mmHg
· Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
· Hemodinamik
Tipe I        : peningkatan PCWP
· EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia

VI.        PENGKAJIAN

                Pengkajian Primer
1.       Airway
· Peningkatan sekresi pernapasan
· Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2.       Breathing
· Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
· Menggunakan otot aksesori pernapasan
· Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3.       Circulation
· Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
· Sakit kepala
· Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
· Papiledema
· Penurunan haluaran urine

VII.     PENTALAKSANAAN MEDIS

·  Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
·  Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
·  Inhalasi nebuliser
·  Fisioterapi dada
·  Pemantauan hemodinamik/jantung
·  Pengobatan
Brokodilator
Steroid
·  Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
VIII.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
· Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
· Adanya penurunan dispneu
· Gas-gas darah dalam batas normal
Intervensi :
· Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
· Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
· Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
· Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
· Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
· Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
· Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
· Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk
· Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
· Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
2.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
· Bunyi paru bersih
· Warna kulit normal
· Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
· Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
· Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
· Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
· Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
· Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
· Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan
· Pantau irama jantung
· Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
· Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
· Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.
3.       Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien  mampu menunjukkan:
· TTV normal
· Balance cairan dalam batas normal
· Tidak terjadi edema
                Intervensi :
· Timbang BB tiap hari
· Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
· Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
· Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB  , CVP 
· Monitor parameter hemodinamik
· Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit


4.       Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
·  Status hemodinamik dalam bata normal
·  TTV normal
Intervensi :
·  Kaji tingkat kesadaran
·  Kaji penurunan perfusi jaringan
·  Kaji status hemodinamik
·  Kaji irama EKG
·  Kaji sistem gastrointestinal

















DAFTAR PUSTAKA










LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA POLA NUTRISI

A.DEFINISI

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.( Wilkinso Judith M. 2007)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.( Nanda. 2005-2006 )

B.FISIOLOGI

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah dicerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel melalaui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakn tugasnya.
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan , maka saluran pencernaan harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus.Untuk ini dibutuhkan:

1.Pergerakan makan melaui saluran pencernaan.
2.Sekresi getah pencernaan.
3.Absorbpsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit.
4.Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat yang diabsorbpsi.
5.Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon

Dalam lumen saluran gastroinrestinal (GI) harus diciptakan suatu lingkunugan khusus supaya pencernaan dan absorbsi dapat berlangsung.
Sekresi kelenjar dan kontraksi otot harus dikendalikan sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan yang optimal. Mekanisme pengendalian lebih banyak dipengaruhi oleh volume dan komposisi kandungan dan lumen gastrointestinal.
Sistem pengendalian harus dapat mendeteksi keadaan lumen.sistem ini terdapat didalam dinding saluran gastrointestinal. Kebanyakan refleks GI dimulai oleh sejumlah rangsangan dilumen yaitu regangan dinding oleh isi lumen ,osmolaritas kimus atau konsenttrasi zat yang terlarut, keasaman kimus atau konsentrsi ion H, dan hasil pencernaan karbohidrat, lemak, protein (monosakarida, asam lemak dan peptide dari asam amino).

Proses pencernaan makanan antara lain :
1.Mengunyah
2.Menelan(deglusi)
a.Pengaturan saraf pada tahap menelan
b.Tahap menelan diesofagus
3.Makanan dilambung
4.Pengosongan dilambung
5.Factor reflexs duodenum
6.Pergerakan usus halus
a.Gerakan kolon
b.Gerakan mencampur
c.Gerakan mendorong
7.Defekasi


C.MANIFESTAI KLINIS

Manifestasi klinis atau tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut buku saku diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain :
A.Subjektif
a.Kram abdomen
b.Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.
c.Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan.
d.Melaporkan perubahan sensasi rasa.
e.Melaporkan kurangnya makanan.
f.Merasa kenyang segrav setelah mengingesti makanan.

B.Objektif
a.Tidak tertarik untuk makan.
b.Diare.
c.Adanya bukti kekurangan makanan.
d.Kehilangan rambut yang berlebiahan.
e.Busing usus hiperaktif.
f.Kurangnya minat pada makanan.
g.Luka,rongga mulut inflamasi.



D.FOKUS PENGKAJIAN

Pengkajian

1.Riwayat keperawatann dan diet.
a.Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
b.Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
c.Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya?
d.Adakah sttus fisik pasien ang dapat meningkatakan diet seperti luka bakar dan demam?
e.Adakah toleransi makanan/minumam tertentu?

2.Factor yang mempengaruhi diet
a.Status keehatan
b.Kultur dan keperrcayaan
c.Status sosial ekonomi.
d.Factor psikolpgis.
e.Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

3.Pemeriksaan fisik
a.Keadaan fisik:apatis,lesu
b.Berat badan :obesitas,kurus.otot : flaksia,tonus Kurang,tidak mampu bekerja.
c.Sistem saraf:bigung,rasa terbakar,reflek menurun.
d.Fungsi gastrointestinal: anoreksia,konstipasi,diare,pembesaran liver.
e.Kardiovaskuler:denyut nadi lebih dari 100 kali/menit,irama abnormal,tekanan darah
rendah/tinggi.
f.Rambut: kusam,kering,pudar,kemerahan,tipis,pecah/patah-patah.
g.Kulit: kering,pucat,iritasi,petekhie,lemak disubkutan tidak ada.
h.Bibir: kering,pecah-pecah,bengkak,lesi,stomatitis,membrane mukosa pucat.
i.Gusi: perdarahan,peradangan.
j.Lidah: edema,hiperemasis.
k.Gigi: karies,nyeri, kotor.
l.Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
m.Kuku: mudah patah.


4.Pengukuran antopometri:

a.Berat badan ideal: (TB- 100)*10%
b.LINGKAR PERGELNGAN TANGAN
c.LINGKAR LENGAN ATAS (MAC) :
Nilai normal
Wanita :28,5c
Pria :28,3 cm
d.Lipatan kulit paad otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria :12,5-16,5 cm


5.Laboratorium

a.Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
b.Transferin (N:170-25 MG/100 ML)
c.Hb (N: 12 MG%)
d.BUN (N:10-20 mg/100ml)
e.Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N :LAKI-LAK1: 0,6-1,3 MG/100 ML,WANITA: 0,5-1,0 MG/
100 ML)


E.DIAGNOSA KEPERAWTAN DAN INTERVENSI

INTERVENSI RASIONAL
1.Tingkatkan intake makanan melalui:
a.Mei pasien.ngurani gangguan lingkungan yang berisik dan lain0lain.
b.Berikan obat sebelum makan bila ada indikasi.
c.Jaga privasi pasien.
2.Jaga kebersihan mulut pasien
3.Bantu pasien makan jika tidak mampu.
4.Sajikan makanan yang mudah dicerna,dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit
tapi seing.
5.Kaji tanda vital,sensori dan bising usus.
6.Monitor hasil lab,seperti glukosa,elektrolit,albumin,Hb, kolaborasi dengan dokter.
7.Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT.
8.Pemberian caiaran/ makanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian.
1.Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.
2.Mulut yang bersih meningkatakan nafsu majkan.
3.Membantu pasien makan.
4.Meningkatkan selera makan dan intake makan.
5.Membantu mengkaji keadaan pasien.
6.Monitor status nutrisi.
7.Meningkatkan pengetahuan agar pasien le bih koopeartifonitor.
8.Menghindari aspirasi


DAFTAR PUSTAKA
Nanda 2005-2006. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Syaifudin.2006.Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.Jakarta: EGC

Minggu, 01 Januari 2012

Askeb Luka Bakar

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi atau radiasi elektromagnitik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Patofisologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
1. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.

D. Klasifikasi luka bakar

Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
§ Luka bakar karena api
§ Luka bakar karena air panas
§ Luka bakar karena bahan kimia
§ Laka bakar karena listrik
§ Luka bakar karena radiasi
§ Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
h Derajat II dangkal (superficial)
§ Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
§ Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
§ Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
h Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
§ Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
§ Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
§ Tidak dijumpai bulae.
§ Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
§ Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
§ Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
§ Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
§ Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
§ Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
§ Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Rabu, 20 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


A.   DEFENISI
Konsep diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubuingan orang lain, atau cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik emosi, intelektual, social dan spiritual (Susilawati dkk, 2005).
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen dalam keliat, 1992).
Konsep diri merupakan semua perasaan dana pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri, dimana hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. ( menurut www.google.com search for Asuhan Keperawatan Pada Harga Diri Rendah, diana Apriana, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas, konsep diri dapat dikatakan juga merupakan semua pikiran, keyakinan, perasaan dan kepercayaan mengenai dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri yang dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain tetapi konsep diri ini belum ada saat lahir, di pelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif, sedangkan konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan dan sosial yang mal adaftif.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ). Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
B.   ETIOLOGI
Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan positif, perasaan di tolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego. (keliat, 1998).

1.    Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari gangguan konsep diri : harga diri rendah (Budi Ana keliat, 1992)
a.    Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor konstribusi pada gangguan konsep diri.
b.    Anak yang tidak menerima kasih sayang
c.    Individu yang tidak mengerti akan dengan tujuan kehidupan akan gagal menerima tangguang jawab untuk diri sendiri
d.    Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergangtung pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

Faktor predispoisisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut Stuart dan Sundeen, dalam Keliat, (1998:2). Faktor yang mempengaruhi diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jwab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
2.    Faktor presipitasi
a.    Pola asuh anak yang tidak tepat atau dituruti, dilarang, dituntut
b.    Kesalahan dan kegagalan berulang kali
c.    Cita-cita yang tidak dapat dicapai
d.    Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri


C.   RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Rentang respon konsep diri (Stuart G. W dan Sundeen, S. J, 1998)

Respon adaptif                                                            Respon mal adaptif



Aktualisasi      konsep           harga diri         kerancuan       depresionalisasi
Diri                   positif               rendah             identitas

Respon adaptif adalah respon yang masih dapt diterima oleh norma – norma sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat.
Respon adaptif terdiri dari :
a.    Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang
pengalaman sukses.
b.    Konsep diri positif
Klien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai asuatu masalah sesuai dengan norma – norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika menyimpang ini merupakan respon adaptif.

Respon mal adaptif terdiri dari :
a.    Harga diri rendah
Transisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif.
b.    Kerancuan identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara harmonis.
c.    Depresionalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dari orang lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri. Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998). Menurut Schult & Videbeck (1998), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsungGangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
karena banyaknya materi tentang asuhan keperawatan HDR ini saya cantum link download lengkap dari kata pengantar, materi, dan rencana keperawatan. click gambar terima kasih