A.
Sastra
Untuk melakukan sebuah penelitian, faktor utama yang
dipertimbangkan adalah teori. Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada
penelitian dan penemuan, didukung data dan argumentasi.
Karya sastra merupakan benda, dalam hal ini artefak
yang berupa buku sastra. Benda sastra inilah yang kemudian dibaca oleh
anggota-anggota masyarakat sebagai pembaca sastra. Karena pembaca sastra berasal
dari lingkungan budaya, sosial, dan cara berpikir masyarakat dimana sastrawan
berada, akan terjadi “bahasa komunikasi” antara sastrawan dan pembacanya lewat
karya sastra. Komunikasi ini terjadi dengan sehat apabila pembaca dapat
menemukan nilai-nilai dalam benda sastra tersebut.
Membaca disebut sebagai kegiatan memberikan reaksi
karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap
huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya. Maka
dalam membaca sastra yang baik, para pembaca akan mendapatkan kesenangan dan kegunaan
yang diberikan oleh karya sastra itu, yang berupa keindahan dan
pengalaman-pengalaman jiwa yang bernilai tinggi, baik secara langsung maupun
tidak langsung, misalnya lewat para penafsirnya.
Karya sastra baik mampu memberikan rasa puas dan rasa
senang kepada pembacanya. Karya sastra yang baik memberikan pesona, membius
pembacanya, membuat larut di dalamnya dan melupakan lanjutnya waktu. Karya
sastra yang baik tidak pernah membosankan, pembaca tidak “dipaksa membaca”,
melarutkan diri dengan karya sastra.
Dalam sastra ada penanganan bahan yang khusus ini tidak
hanya berlaku untuk puisi, tetapi juga untuk prosa sastra. Cara penanganan
bahan dapat berbeda-beda misalnya ada paralelisme, kiasan, penggunaan bahasa
yang tidak gramatikal, dan khusus dalam teks kiasan ada bentuk dan sudut
pandang yang bermacam-macam. Kemampuan pengamatan atas penggunaan bahasa yang
khusus bergantung pada pengetahuan bahasa serta pengalaman sastra si pembaca.
B.
Pengertian Jenis Sastra
Jenis sastra (dalam buku-buku teori sastra sering
disebut dengan genre sastra) adalah hasil klasifikasi terhadap bentuk dan isi
karya sastra yang terdapat dalam realibis. Pengklasifikasian yang dilakukan
terhadap karya sastra dibedakan kedalam beberapa jenis biasanya didasarkan pada
criteria tertentu. Sesuai perspeksif yang digunakan oleh pihak yang melakukan
pengklasifikasi tersebut.
Upaya untuk mengklasifikasikan karya sastra kedalam
berbagai jenis (genre) telah dilakukan sejak zaman dahulu. Dengan adanya evaluasi,
maka ilmuwan sastra bisa melihat sejauh mana perkembangan kehidupan kesastraan
dalam masyarakat pada periode tertentu dari babakan sejarah kesusastraan,
pengklasifikasian yang dilakukan oleh ilmuwan sastra dipandang sebagai
pembuatan aturan tertentu terhadap jenis-jenis sastra. Fenomena yang seperti
itu sering disebut dengan “estetika identitas”. Dengan karya sastra ciptaanya
itu sastrawan merasa memiliki identitas.
2.1 Pembagian Jenis Sastra
Berkaitan dengan jenis sastra ada dua jenis sastra,
yakni yang bersifat cerita dan yang bersifat drama. Teks-teks yang menampilkan
satu orang juru bicara saja, yang kadang-kadang dapat mengajak tokoh-tokoh lain
untuk membuka mulutnya, tetapi yang pada pokoknya merupkan sang dalam tunggal
termasuk jenis naratif. Teks-teks yang menampilkan berbagai tokoh yang
menampilkan berbagai tokoh dengan ungkapan bahasa mereka sendiri-sendiri
termasuk jenis dramatik.
Selain dua jenis sastra seperti yang ditemukan oleh
Aristoteles, biasanya orang juga menambahkan satu jenis lagi, yaitu jenis
politik. Masyarakat sastra pun kemudian labih mengikuti ketiga jenis sastra
tersebut, sehingga dalam dunia cipta sastra dikenal jenis puisi, drama, dan
naratif. (yang meliputi novel atau roman dan cerita pendek, serta novelet). Sejarah
sastra pun juga mengikuti pembagian ini untuk membicarakan perkembangan
jenis-jenis sastra, sehingga dikenal sejarah puisi, sejarah novel sejarah
cerpen, dan sejarah drama. Dibawah ini diuraikan lebih lanjut tentang tiga
jenis sastra tersebut.
1. Jenis Naratif
Yang dimaksud dengan teks-teks naratif ialah semua teks yang tidak bersifat dialog
dan isinya merupakan suatu kisah sejarah. Bersamaan dengan kisah dan deretan
peristiwa itu hadir cerita. Dalam konteks sastra modern, cirri-ciri tersebut
terdapat dalam teks roman, novel, novelette, prosa lirik, dan cerita pendek. Teks
naratif dalam bentuknya sebagai novel (roman) dan cerita pendek sebagai jenis
sastra yang mengalami perkembangan cukup pesat, terbukti dengan lahirnya cabang
teori sastra yang khusus membahas teks naratif yang disebut dengan natiarologi
atau juga disebut teori fiksi.
Dalam buku-buku teori fiksi atau natarologi biasanya
digunakan hakikat fiksi atau naratif, unsur-unsur (struktur) fiksi menjadi
fakta cerita yang meliputi beberapa macam yang disebutkan oleh Stanton,
diantaranya:
a.
Tokoh
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah
fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarah, meskipun dapat juga
merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di dalam nyata oleh karena itu,
dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Dalam arti
tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” ata berciri “hidup”, atau memiliki derajat
lifelikeness.
Apa yang diucapkan tokoh, baik dalam bentuk dialog
maupun menolong, seringkali menunjukkan karakternya. Cakupan antar tokoh dapat
menunjukkan bagaimana karakter tokoh.
b.
Alur
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusunberdasarkan
hubungan kasualitas. Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada
umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu
cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur
cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bias terbentuk dalam
rangkaian peristiwa yang berbagai macam.
c.
Latar
Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
latar tempat, waktu dan social. Latar tempat berkaitan dengan masalah
geografis. di lokasi mana peristiwa terjadi, di desa apa, kata apa, dan
sebagiannya latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam, maupun
historis. Latar social berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
d.
Judul
Judul merupakan hal pertama yang paling mudah di kenal
oleh pembaca karena sampai saat ini tidak ada karya yang tanpa judul. Judul
sering kali mengacu pada tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari beberapa
unsur tersebut.
e.
Sudut Pandang
Sudut pandang memasalahkan siapa yang bercerita sudut
pandang di bedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan orang ketiga.
f.
Gaya dan Nada
Gaya (gaya bahasa) merupakan cara pengungkapan seorang
yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi (pilihan
kata), imajeri (citraan), dan sintaksis (pilihan kata kalimat). Nada
berhubungan dengan pilihan gaya untuk mendeskripsikan sikap tertentu.
g.
Tema
Tema merupakan makna cerita. Tema pada dasarnya merupakan
sejenis komentar terhadap subjek atau pokok permasalahan, baik secara eksplisit
maupun implicit dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau
pokok cerita).
2. Jenis Dramatik
Yang dimaksudkan
dengan teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan isinya
membentangkan sebuah alur. Drama itu berada dengan prosa cerita dan puisi
karena dimaksudkan untuk dipentaskan. Pementasan itu memberikan kepada drama
sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan para pemain menafsirkan teks,
sedangkan para penonton menafsirksn versi yang telah ditafsirkan oleh para
pemain. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementasanya mau
tidak mau membayangkan jalur peristiwa diatas panggung. Pengarang drama pada
prinsipnya memperhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas, akibat
pementasan. Maka dari itu teks drama berkiblat pada pementasan.
Dalam drama dialog merupakan bagian terpenting, dan
sampai taraf tertentu ini juga berlaku bagian monolog-monolog, pada pokoknya
sebuah drama terdiri atas teks – teks para akibat actor. Sementara itu,
petunjuk – petunjuk untuk pemenrtasan bersifat sekunder karena selama
pementasan tak pernah diucapkan tetapi dikonkretkan lewat isyarat-isyarat non
bahasa.
3. Jenis Puisi (Makna Puisi)
Setiap puisi pasti mengandung makna baik disampaikan
secara langsung maupun secar tidak langsung, implisit, atau simbolis. Makna
tersebut pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami
dalam kehidupan manusia. Ada yang berhubungan dengan persoalan cinta asmara,
cinta sufistik, kemiskinan, pemujaan terhadap tanah air (Nasionalisme) maupun
tokoh – tokoh tertentu.
Makna sebuah puisi pada umumnya baru dapat dipahami
setelah seorang pembaca membaca, memahami arti tiap kata dan kiasan yang
dipakai dalam puisi, juga memperhatikan unsur-unsur puisi lain yang mendukung
maknanya.
Pembagian jenis sastra berdasarkan tema dan akibat
pragmatik. Disamping berdasarkan bentuk, isi dan bahasanya. Jenis sastra juga
dibedakan berdasarkan tema (isi) dan akibat pragmatik. Berdasarkan tematiknya
dapat dibedakan beberapa jenis, fiksi berikut.
a.
Fiksi (Novel) realistik isinya
berkaitan dengan hal-hal yang berifat faktual dalam prilaku manusia.
b.
Fiksi romatik yang menyajikan
masalah perjuangan emosi pribadi dan desakan dari luar.
c.
Fiksi naturalistik dan
proletarian yang mengutamakan pelukisan fakta-fakta yang keji dan kurang bisa
diterima secara moral dan pelukisan tatanan material yang kurang dapat diterima
oleh akal sehat.
d.
Fiksi gotik yang melukiskan
cerita-cerita horor.
e.
Fiksi utopian yang
menggambarkan tatanan ekonomi, politik.
f.
Fiksi Safire yang menggambarkan
pertentangan antara manusia dan institusi yang tampak secara lahiriyah dengan
kakuasaan yang ada dan sebaliknya.
g.
Fiksi eksistensialis yang
menggambarkan kekuatan dibalik fakta-fakta dunia yang tak terpahamkan, tak
dapat diterima, bahkan yang tak pernah terjadi dalam fiksi ini para tokohnya
dihadapkan pada sesuatu yang gelap dan dilantarkan kedunia absurd.
Sementara itu berdasarkan tema (isinya) puisi juga
dibedakan menjadi beberapa jenis bentuk.
a.
Puisi lirik yaitu puisi yang
berisi cetusan isi hati penyair
b.
Puisi naratif yaitu puisi yang
mengandung cerita dan menjelaskan sesuatu.
c.
Puisi dramatik yaitu puisi yang
mengandung percakapan atau dialog tokoh.
d.
Puisi balado yaitu puisi yang
berisi nyanyian dengan perulangan terus-menerus
e.
Casno yaitu puisi tentang
keindahan dan cinta
f.
Ode yaitu puisi pujian terhadap
seseorang atau sesuatu hal, dll.
Berdasarkan pragmatik karya sastra dapat dibedakan
sesuai dengan tujuanya, disini misalnya ada teks yang bertujuan untuk mengajarkan
sesuatu (didaktis), yang bersifat humor, mengharukan, dan memberikan informasi.
Demikianlah berbagai macam jenis sastra sesuai
kriterianya masing-masing jenis sastra tersebut belum berarti berakhir karena
perkembangan sejarah sastra tidak menutup kemungkinan akan muncul jenis-jenis
sastra yang baru.