Rabu, 13 Juni 2012

Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan  dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
  1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.
  2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
  3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
  4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
  5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
  6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.
  7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
  8. Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.
Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
  1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
  2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
  3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
  4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
  5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut: (1) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan. (2) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. (3) Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat. (4) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. (5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan. (6) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. (7) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan. (8) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri. (9) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama. (10) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
Prinsip Umum Sayang Ibu
Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut: (1) Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis. (2) Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi. (3) Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. (4) Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. (5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu. (6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional. (7) Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup. (8) Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. (9) Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama. (10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas. (11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan
Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan: (1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan. (2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. (3) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. (4) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. (5) Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. (6) Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan. (7) Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. (8) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan. (9) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. (10) Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. (11) Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi. (12) Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan. (13) Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman. (14) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. (15) Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan. (16) Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan. (17) Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan. (18) Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.
Referensi
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, Jakarta.
Draft, 2001, Pelatihan Pelayanan Kebidanan, Jakarta.
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Kata Kunci

kebutuhan dasar selama persalinan, kebutuhan dasar ibu bersalin, kebutuhan dasar persalinan, kebutuhan dasar selama kehamilan, asuhan sayang ibu dan bayi, pengertian asuhan sayang ibu, safe motherhood adalah, kebutuhan ibu selama persalinan, prinsip safe motherhood, kebutuhan dasar ibu selama persalinan, pembahasan tentang asuhan sayang ibu saat persalinan, pengertian penyulit persalinan, Macam2 safe motherhood kebidanan, prinsip dari safe motherhood, masalah sosial budaya spiritual pada masa nifas, www lusa web id sayang ibu, pemberian asuhan sayang ibu, pengaruh ketrampilan bidan dengan penerapan asuhan sayang ibu, sebutkan asuhan kesehatan reproduksi yang di berikan pada remaja, proses dalam pemberian asuhan ke, prinsip pengambilan pemenuhan kebutuhan pada ibu nifas, prinsip gerakan sayang ibu, perubahan spiritual ibu nifas, persiapan kelahiran dan kegawatdaruratan, perkembangan kebutuhan ibu bersalin.

KONSEP PERAN SUAMI

PENGERTIAN
  • Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir. Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008).
  • Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).
  • Berkenaan dengan peran suami tersebut dapat dijelaskan berdasarkan teori peran suami dari Gottlieb adalah informasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Wijayakusuma, 2008).
  • Peran suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.
  • Di Indonesia, iklim paternalistik dan otoritarian yang sangat kuat, turut menjadi faktor yang membebani peran ibu bekerja, karena masih terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan wanita, apalagi ikut mengurus masalah rumah tangga. Masalah rumah tangga adalah kewajiban sepenuhnya seorang istri. Masalah yang kemudian timbul akibat bekerjanya sang istri, sepenuhnya merupakan kesalahan dari istri dan untuk itu ia harus bertanggung jawab menyelesaikannya sendiri (Wijayakusuma, 2008).

BENTUK PERAN SUAMI 

a. Menyimak Informasi tentang kehamilan
  • Menyimak informasi tentang kehamilan dapat membantu suami dalam mengontrol perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil. Jika suami menginginkan jenis perawatan yang diinginkan selama hamil, suami perlu mencari informasi dan mendiskusikan kehamilan dengan tenaga kesehatan. Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, tenaga kesehatan, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang dalam menjalani kehamilan yang sehat. Ibu jadi tahu mana yang sesuai dengan kondisinya atau tidak. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu tentang kehamilan, tidak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis (Nolan, 2004).

b. Kontrol
  • Kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa menanyakan tentang kondisi dirinya dan bayi dalam kandungan. Biasanya, bila ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi. Mengantar ibu kontrol ke dokter, ini penting karena suami harus tahu apa yang terjadi pada istri. Kalau ada keluhan-keluhan dan informasi-informasi penting seputar kehamilan suami juga harus tahu, agar lebih memahami apa yang dirasakan oleh sang istri. Antenatal care merupakan salah satu tindakan skrining pada ibu hamil untuk mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan nanti (Yohana, 2008).

c. Perhatian Suami
  • Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan. Suami dapat memberikan perhatian terhadap keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Perhatian suami dapat dilihat dari membantu ibu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengelus dan memijat punggung ibu. Mengelus perut yang menunjukkan perhatian pada ibu dan bayi yang dapat membangun kestabilan emosi (Yohana, 2008).

d. Jalin Komunikasi
  • Komunikasi sangat dibutuhkan untuk membantu hubungan dengan ibu hamil. Komunikasi yang baik yaitu dengan dua arah dimana suami tidak mendominan semua pembicaraan. Setiap ada masalah suami meminta pendapat ibu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangan pernah menutupi perubahan dan keluhan yang terjadi pada saat kehamilan, tetapi komunikasikan dengan suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kekhawatiran ibu dalam menjalani kehamilan. Sebaliknya, perasaan ibu yang dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan (Nolan, 2004).

e. Perhatikan Kesehatan
  • Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Suami siaga harus siap ketika sewaktu-waktu istri mengalami keluhan sehubungan dengan kehamilannya. Suami yang tenang bisa membuat istri jadi ikut tenang. Suami siaga harus lebih perhatian mengingatkan dan membantu istrinya untuk kontrol teratur, mengingatkan waktu untuk kunjungan ulang.(Yohana, 2008)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PERAN SUAMI
  • Menurut Kurniawan (2008) menyangkut struktur kekuasaan keluarga, ada faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran suami meliputi:
a. Kelas sosial
  • Fungsi dari peran suami tentu dipengaruhi oleh tuntutan kepentingan dan kebutuhan yang ada dalam keluarga suami sebagai kepala rumah tangga diwajibkan harus siap dengan tanggung jawab yang di embannya.

b. Bentuk keluarga
  • Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan orang yang masih lengkap, demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga besar yang beragam dalam pengambilan keputusan dan kepentingan akan rawan konflik peran, semakin banyak keluarga semakin banyak pula yang membantu kita dalm berfikir, keputusan keluarga lebih baik dari keputusan individu.

c. Latar belakang keluarga
1). Kesadaran dan kebiasaan keluarga
  • Kesadaran merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan dan perbandingan yang menghasilkan keyakinan. Kebiasaan yang meningkatkan kesehatan yaitu : tidur teratur, sarapan setiap hari, tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak makan sembarangan, olah raga, pengontrolan berat badan, segala bentuk kegiatan keluarga dimulai dan dikat oleh suatu kebiasaan dan tradisi oleh pendahulunya .
2). Sumber daya keluarga
  • Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan dengan tenaga atau pikiran seseorang terhadap orang lain atau organisasi lain. Dalam pendapatan ada 2 metode yang dilakukan yaitu : KFM (Kebutuhan Fisik Minimum) dan KHM (Kebutuhan Hidup Minimum), segala sesuatu dalam keluarga akan dihargai jika semua pelaksanaanya dimumulai dengan niat dan kerja keras demi keluarganya pula.

3). Siklus keluarga
  • Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan. Di dalam siklus keluarga peran anggota berbeda misalnya ibu berperan sebagai asah, asuh dan asih, ayah sebagai pencari nafkah dan anak tugasnya adalah belajar dan menuntut ilmu.

CARA PENGUKURAN PERAN
  • Menurut Azwar (2005), pengukuran peran dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:

Pernyataan Positif/Pernyataan Negatif Nilai
Sangat Setuju : SS 4
Setuju : S 3
Tidak Setuju :TS 2
Sangat Tidak Setuju :STS 1

  • Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana responden tersebut termasuk. Perbandingan relatif ini menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorabel dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Perbandingan tersebut harus dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok, artinya mengubah skor individual menjadi skor standar atau baku. hasil interpretasi digunakan untuk mengelompokkan peran responden termasuk dalam berperan bila nilai skor :Tresponden > Mean T dan tidak berperan apabila nilai skor : Tresponden ≤ Mean T (Azwar, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Ananta. 2009. Permasalah Pada Kehamilan Muda. Jakarta : Rineka Cipta
  2. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
  3. Azwar. 2005. Sikap Manusia. Jakarta : EGC
  4. Dinkes Jatim. 2009. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.com. Diakses tanggal 15 Maret 2010
  5. Dinkes Jombang. 2009. Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Jombang. http://www.dinkes.jombang.go.id. Diakses tanggal 15 Maret 2010
  6. Firdaus. 2006. Tingginya Angka Kematian Di Dunia. http://www.nakita.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  7. Hamilton. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
  8. Harymawan. 2007. Mandeteksi Tanda Bahaya Kehamilan. http://www.info-pult.com.id diakses tanggal 10 Maret 2010
  9. Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  10. Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  11. Kurniawan. 2008. Bahaya Yang Sering Terjadi Pada Kehamilan Muda. http://www.info-cyber-neth.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  12. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  13. Nolan. 2004. Kehamilan Dan Melahirkan. Jakarta : EGC
  14. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT. Rineka Cipta
  15. Nursalam, 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  16. Putriazka. 2007. Kesehatan Reproduksi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
  17. Rachmat. 2007. Komplikasi Kehamilan Risiko Tinggi (High Risk). http://www.info-wikipedia.com.id diakses pada tangal 4 Maret 2010
  18. Rusmi, 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  19. Rochjati. 2003. Skrining Antenatal Care Dan Komplikasi Kehamilan. Surabaya : Unair Press
  20. Sugiyono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
  21. Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kes-pro.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  22. Tiran. 2007. Kehamilan Dan Permasalahannya. Jakarta : EGC
  23. Utami. 2008. Panduan Kehamilan Sehat. Yogyakarta : Dian Press
  24. Wijayakusuma. 2008. Peran Suami Dalam Mendeteksi Tanda Kehamilan. http://www.ciberindo-aditama. Diakses tyanggal 19 Maret 2010
  25. Yohana. 2008. Peran Suami Dalam Membantu Istri. http://www.info-sehat.com diakses tanggal 02 April 2010

KONSEP DASAR SUAMI

PENGERTIAN SUAMI
  • Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).
  • Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga ( chaniago, 2002).


PERAN PRIA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
  • Peran adalah perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter, perawat, rohanian, dan sebagainya (Marasmis, 2006).
  • Jadi yang dimaksud dengan peran suami adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang telah menikah, baik dalam fungsinya di keluarga maupun di masyarakat.
  • Menurut BKKBN (2007) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
a. Peran Suami Sebagai Motivator
  • Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai.
b. Peran Suami Sebagai Edukator
  • Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi isri saat akan atau telah memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantunya dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita (istri) saja.
c. Peran Suami Sebagai Fasilitator
  • Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, suami bersedia memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.

PERAN SUAMI DALAM KELUARGA BERENCANA
  • Menurut BKKBN (2007) peran atau partisipasi suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut :
  1. Pemakaian alat kontrasepsi
  2. Tempat mendapatkan pelayanan
  3. Lama pemakaian
  4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi
  5. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi.
  • Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri, dan keluarganya.

  • Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya peserta KB pria antara lain:
  1. Kondisi lingkungan sosial budaya,
  2. Pengetahuan, kesadaraan Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluarga dalam KB pria rendah.
  3. Keterbatasan jangkauan (aksesibilitas) dan kualitas pelayanan KB pria.
  4. Dukungan politis dan operasional masih rendah di semua tingkatan.

  • Bentuk dukungan suami terhadap istri dalam menggunakan alat kontrasepsi meliputi:
  1. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya.
  2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar seperti mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontraspsi.
  3. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.
  4. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak memuaskan.
  5. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang berkala.
  6. Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Asnawi, Natsir. 2009. Social Support and Behavior Toward Others (Dukungan Sosial dan Perilaku Terhadap Orang Lain): Suatu Tinjauan Psikologi. http://natsirasnawi.blogspot.com/2009/03/social-support-and-behavior-toward.html. Diakses tanggal 4 Maret 2011 jam 19.00
  2. Brahm. 2006. Ragam Metodel Kontrasepsi. Jakarta : EGC
  3. Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Jogjakarta : Liberti
  4. Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-kb-keluarga-berencana.html . diakses 27 April 2011
  5. . 2011. Konsep Intra Uterine Device. http://dr.suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-iud-inta-uterune-divice.html. diakses 27 April 2011
  6. . 2011. Konsep Kontrasepsi. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-kontrasepsi.html. diakses 27 April 2011
  7. Farida, Umi. 2008. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan. STIKES Aisyiyah Jogjakarta.
  8. Glasier, Anna. 2002. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC
  9. Hanafi, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
  10. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
  11. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  12. KBBI, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php . Diakses Sabtu, 19 Februari 2011.
  13. Manuaba, ADA Bagus Gde. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
  14. Mas Bow. 2009. Apa Itu Dukungan Sosial?. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html. Diakses 4 Maret 2011.
  15. Notoatmodjo, Soekidjo. Dr. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  16. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  17. Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Universitas Diponegoro Semarang
  18. Sugiyono. 2010. Statisti Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
  19. Suzzane, E. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC
  20. Wahyuni, 2002. Peran Suami Pada Istri Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi di Desa Kepatuhan Tualang Sidoarjo. http://digilib.itb.ac.id. Diakses 31 Maret 2011

MASALAH PENELITIAN (RESEARCH PROBLEM)

APA ITU MASALAH PENELITIAN?

Permasalahan atau problema dalam suatu penelitian adalah:
  • Kesenjangan antara apa yang seharusnya (das Sollen) dan apa yang ada dalam kenyataan (das Sein)
  • Kesenjangan antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia
  • Kesenjangan antara harapan dan capaian
  • Kesenjangan antara target dan cakupan

IDENTIFIKASI MASALAH

  • Langkah pertama yang harus ditempuh seorang peneliti adalah mengidentifikasi permasalahan penelitian
  • Penelitian dimulai dari keinginan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan
  • Untuk memperoleh permasalahan penelitian, calon peneliti harus peka terhadap permasalahan, jangan menerima semua yang telah ditulis dalam literatur apa adanya
  • Tujuan identifikasi masalah adalah mencari penyebab yang mungkin mengapa masalah itu terjadi
  • Penyebab masalah dapat dikaji dari segi faktor internal maupun faktor eksternal atau faktor Host – Agent dan Environment atau faktor ibu dan anak

CONTOH:
Masalah: meningkatnya kasus abortus di poli kandungan RS Swadana Jombang tahun 2007
Identifikasi Masalah:

Faktor Janin:
  • Kelainan kromosom
  • Lindungan endometrium tidak sempurna
  • Gangguan luar: virus, obat, radiasi

Faktor Plasenta:
  • Gangguan oksigenasi plasenta
Faktor Ibu:
  • Pneumonia, tifus abdominalis, malaria, anemia berat, tokxoplasma
Faktor Tractus Genetalis:
  • Retroversio uteri
  • Mioma uteri

Masalah: menurunnya kasus ASI Ekslusif di desa Perongan Kecamatan Jombang tahun 2007
Faktor Predisposisi:
  • Pendidikan
  • Pengetahuan
  • Sikap
  • Persepsi

Faktor pendukung:
  • Pendapatan Keluarga
  • Ketersediaan waktu
Faktor Pendorong:
  • Sikap Petugas
  • Sikap Orang tua

  • Sikap kritis dan berpikir logis dapat memudahkan mendapatkan permasalahan penelitian
  • Permasalahan penelitian juga dapat diperoleh dari pengalaman sehari hari dalam melakukan praktek profesi masing masing
  • Sebagi ilustrasi: Isaac Newton dapat menemukan hukum gravitasi bumi, setelah dia kejatuhan apel. Banyak orang yang sebelumnya juga kejatuhan apel seperti Isaac Newton, tetapi tidak pernah ada yang berpikir tentang hukum gravitasi bumi, oleh karena pikiran mereka tidak siap siaga untuk menangkap makna yang terkandung dalam peristiwa jatuhnya apel ke kepala mereka

KRITERIA MASALAH YANG BAIK

1.Mempunyai kontribusi teoritis dan praktis
  • Hasil penelitian nantinya memberikan kontribusi atau andil yang jelas dalam bidang profesi atau bidang ilmunya.

2.Mempunyai derajat keunikan dan keaslian
  • Beberapa institusi menganggap penting faktor keaslian permasalahan penelitian ini. Tetapi kadang kadang diperlukan pengulangan penelitian untuk memperluas atau memperdalam diri penelitian yang ada, sehingga tingkat validitas penelitian tersebut menjadi lebih tinggi. Jika ini yang dilakukan maka penelitian yang diusulkan masih dianggap asli.

3.Layak untuk dilaksanakan
  • Penelitian selalu memerlukan waktu dan biaya, dan kadang kadang diperlukan sarana atau peralatan tertentu.
  • Jika dari apa yang dibutuhkan tersebut diatas tidak cukup tersedia atau tidak tersedia, maka penelitian menjadi tidak layak untuk dilaksanakan.

PERTANYAAN UNTUK PERMASALAHAN YANG BAIK
  1. Apakah masalah penelitian sedang hangat di masyarakat?
  2. Apakah masalah tsb ada di masyarakat? Atau masalah tsb aktual?
  3. Sejauh mana masalah tsb dirasakan masyarakat?
  4. Apakah masalah tsb mempengaruhi kelompok tertentu (ibu hamil, menyusui)
  5. Apakah masalah tsb berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan atau ekonomi yang luas?
  6. Apakah masalah tsb berhubungan dengan program pemerintah?
  7. Siapa lagi yang tertarik pada masalah tsb?

CARA MERUMUSKAN MASALAH

Harus memuat tentang: 5 W 1 H
(What, Where, When, Who, Whom, How much)

CONTOH PENULISAN NARASI MASALAH
  1. Cakupan K4 Bumil di Puskesmas “Rejoso” Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang pada tahun 2005 ada kesenjangan 30% dari target yang seharusnya 90%.
  2. Kepuasan pasien Rumah Sakit Bersalin “Rejoso” Kecamatan peterongan Kabupaten Jombang pada tahun 2005, terhadap pelayanan asuhan kebidanan pada masa nifas masih rendah yaitu sebesar 10% dari target 70%.
  3. Polindes di wilayah Puskesmas “Rejoso” kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang pada tahun 2005 yang dipimpin oleh Bidan dengan lulusan D3 Kebidanan masih rendah yaitu sebesar 35% dari target 100%

APA ITU RUMUSAN MASALAH?

  • Disebut juga Pertanyaan Penelitian
  • Merupakan pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui dari hasil penelitian yang akan diteliti
  • Rumusan masalah ditulis dimulai dengan kata tanya (Apa, Bagaimana, Mengapa, Adakah)
  • Ide Rumusan masalah diketahui setelah mengkaji masalah (identifikasi masalah)

Kajian/Identifikasi masalah dapat dikaji dari aspek:
  • Input – proses – output
  • Faktor interna dan faktor eksterna
  • Faktor genetik dan lingkungan

CONTOH: JUDUL DAN MASALAH PENELITIAN
JUDUL:
Hubungan antara pengaruh psikis dengan flour albus yang berlebihan pada remaja putri di Astri 3 ponpes darul ulum jombang tahun 2005

MASALAH:
Meningkatnya kasus fluor albus yg berlebihan pada remaja putri di Astri 3 ponpes darul ulum jombang tahun 2005

RUMUSAN MASALAH:
  1. Apakah ada hubungan antara psikis dengan fluor albus berlebihan pada remaja putri di Astri 3 Ponpes Darul Ulum Jombang tahun 2005?
  2. Apakah ada hubungan frekuensi ganti celana dalam dengan fluor albus berlebihan pada remaja putri di Astri 3 Ponpes Darul Ulum Jombang tahun 2005?
  3. Apakah ada hubungan antara menkonsumsi buah nanas dengan fluor albus berlebihan pada remaja putri di Astri 3 Ponpes Darul Ulum Jombang tahun 2005?

JUDUL:
Hubungan antara pendampingan suami terhadap psikologis ibu bersalin saat proses persalinan di RSUD Swadana Jombang tahun 2005

MASALAH:
Meningkatnya kecemasan ibu bersalin saat proses persalinan di RSUD Swadana Jombang tahun 2005

RUMUSAN MASALAH:
  1. Apakah ada hubungan antara kecemasan ibu bersalin dengan pendampingan suami saat menghadapi persalinan di RSUD Swadana Jombang tahun 2005?.
  2. Apakah ada hubungan antara kecemasan ibu bersalin dengan suasana ruang bersalin di RSUD Swadana Jombang tahun 2005?.
  3. Apakah ada hubungan antara kecemasan ibu bersalin dengan pelayanan tenaga kesehatan di RSUD Swadana Jombang tahun 2005?.

MASALAH:
Meningkatnya pemberian susu formula pada Bayi umur kurang dari enam bulan di Puskesmas Bareng Kab Jombang tahun 2005

RUMUSAN MASALAH:
  1. Apakah ada hubungan antara ibu karier dengan pemberian susu formula?
  2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian susu formula?
  3. Apakah ada hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan pemberian susu formula?

REFERENSI:
  1. Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC
  2. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 1 (statistik Deskriptif), Jakarta, Bumi Aksara
  3. Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 2 (statistik Infereansif), Jakarta, Bumi Aksara
  4. Nasution, 2004, Metode research (penelitian Ilmiah), Jakarta, Bumi Aksara
  5. Silalahi, 2003, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo, Citramedia
  6. Tjokronegoro, 2004, Metologi Penelitian Bidang kedokteran, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selasa, 12 Juni 2012

PENGOBATAN NYERI HAID

Beberapa cara pengobatan dibawah ini dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri haid yang mengganggu. Cara tersebut antar lain: Obat-obatan, relaksasi, hipnoterapi, dan berbagai alternative pengobatan.
a.    Obat-obatan
Kebanyakan wanitsa dengan dismenore primer untuk mengatasi nyeri haid yang dialaminya mengkonsumsi obat-obat anti peradangan non steroid (NSAID), missal: Ibuprofen, noproksen,dan asam mefenamat. Obat-obatan non steroid bekerja menghambat produksi dan kerja prostaglandin dalam tubuh. Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan di lanjutkan sampai hari pertama dan kedua menstruasi Selain penggunaan obat-obatan non steroid pil KB digunakan untuk mengurangi dismenore. Pil KB dengan dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan medroxi progesteron dapat mencegah ovulasi. Pengobatan dengan pil KB tidak di anggap sebagai penggunaan yang tepat,namun hal ini dapat menjadi pengobatan yang sesuai bagi wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil .
Pada dasarnya pengobatan bagi dismenore sekunder ditangani dengan mengidentifikasi dan mengobati sebab dasarnya.hal itu mmerlukan konsumsi antibiotik atau obat-obat lain tergantung pada kondisi tertentu .
b.    Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri.
Tindakan relaksasi dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental dan fisik dari tekanan stress. Dengan relaksasi klien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri. Kemampuan dalam melakukan relaksasi fisik dapat menyebabkan relaksasi mental (Tamsuri, 2007).
Dalam kondisi rileks tubuh juga menghentikan produksi hormone adrenalin dan semua hormone yang diperlukan saat kita stres. Karena hormon seks estrogen dan progesteron serta hormone stres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres kita juga telah mengurangi hormone seks tersebut, sehingga relaksasi dapat mengurangi nyeri haid.
c.    Hipnoterapi
Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dari yang negatifke positif.Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah memunculkan pikiran bawah sadar agar penyebab dapat diketahui dengan benar.
Caranya adalah rilekskan tubuh dengan terlentang di atas tempat tidur dengan kedua tangan berada disamping tubuh. Non aktifkan pikiran. Dengan mata yang terpejam, sadari kondisi saat itu. Setelah benar-benar rileks dan nyaman pelan-pelan instruksikan pada diri sendiri sebuah perintah yang berbunyi, “rasa sakit yang biasanya datang saaat menstruasi, hilang”. Ucapkan kalimat itu berulang-ulang dan meyakini bahwa hal itu pasti terjadi. Kemudian buka mata maka anda akan merasa segar dan nyaman, dan pikiran terasa lepas dari beban.
Instruksi itu dengan sendirinya menunjukkan pola pikir yang telah berubah. Menstruasi itu tidak harus sakit. Selama ini orang berasumsi  menstruasi itu sakit, pola pikir yang demikian membuat rasa nyeri saat menstruasi yang sebetulnya rasa nyeri itu tidak timbul.
d.  Alternatif pengobatan lain
Dalam mengatasi nyeri haid terdapat alternatif pengobatan lain selain obat, relaksasi, dan hipnoterapi seperti: kompres air hangat, olahraga teratur,terapi visualisasi,aroma terapi dan pemijatan(masase), dan lain-lain.
1)    Kompres air hangat
    Kompres hangat merupakan suatu cara memberi rasa hangat pada klien dengan menggunakan heating pad (bantal pemanas), kompres dengan handuk atau botol yang berisi air hangat di perut dan punggung bawah. serta dapat pula dilakukan dengan cara berendam dalam air hangat.  
2)    Olahraga yang teratur
    Olah raga yang teratur selain dapat mengurangi nyeri juga dapat meningkatkan endorfin otak, dimana endorfin merupakan penawar sakit alami tubuh.
3)    Terapi visualisasi
    Terapa visualisasi yaitu visualisasi konsentrasi pada warna sakit sampai mencapai panguasaan atas nyeri.yang nantinya akan mengurangi nyeri tersebut.
4)    Aroma terapi dan pemijatan (masase)
    Aroma terapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman.Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid

Kamis, 24 Mei 2012

TEORI SASTRA

A.    Sastra
Untuk melakukan sebuah penelitian, faktor utama yang dipertimbangkan adalah teori. Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung data dan argumentasi.
Karya sastra merupakan benda, dalam hal ini artefak yang berupa buku sastra. Benda sastra inilah yang kemudian dibaca oleh anggota-anggota masyarakat sebagai pembaca sastra. Karena pembaca sastra berasal dari lingkungan budaya, sosial, dan cara berpikir masyarakat dimana sastrawan berada, akan terjadi “bahasa komunikasi” antara sastrawan dan pembacanya lewat karya sastra. Komunikasi ini terjadi dengan sehat apabila pembaca dapat menemukan nilai-nilai dalam benda sastra tersebut.
Membaca disebut sebagai kegiatan memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya. Maka dalam membaca sastra yang baik, para pembaca akan mendapatkan kesenangan dan kegunaan yang diberikan oleh karya sastra itu, yang berupa keindahan dan pengalaman-pengalaman jiwa yang bernilai tinggi, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya lewat para penafsirnya.
Karya sastra baik mampu memberikan rasa puas dan rasa senang kepada pembacanya. Karya sastra yang baik memberikan pesona, membius pembacanya, membuat larut di dalamnya dan melupakan lanjutnya waktu. Karya sastra yang baik tidak pernah membosankan, pembaca tidak “dipaksa membaca”, melarutkan diri dengan karya sastra.
Dalam sastra ada penanganan bahan yang khusus ini tidak hanya berlaku untuk puisi, tetapi juga untuk prosa sastra. Cara penanganan bahan dapat berbeda-beda misalnya ada paralelisme, kiasan, penggunaan bahasa yang tidak gramatikal, dan khusus dalam teks kiasan ada bentuk dan sudut pandang yang bermacam-macam. Kemampuan pengamatan atas penggunaan bahasa yang khusus bergantung pada pengetahuan bahasa serta pengalaman sastra si pembaca.

B.     Pengertian Jenis Sastra
Jenis sastra (dalam buku-buku teori sastra sering disebut dengan genre sastra) adalah hasil klasifikasi terhadap bentuk dan isi karya sastra yang terdapat dalam realibis. Pengklasifikasian yang dilakukan terhadap karya sastra dibedakan kedalam beberapa jenis biasanya didasarkan pada criteria tertentu. Sesuai perspeksif yang digunakan oleh pihak yang melakukan pengklasifikasi tersebut.
Upaya untuk mengklasifikasikan karya sastra kedalam berbagai jenis (genre) telah dilakukan sejak zaman dahulu. Dengan adanya evaluasi, maka ilmuwan sastra bisa melihat sejauh mana perkembangan kehidupan kesastraan dalam masyarakat pada periode tertentu dari babakan sejarah kesusastraan, pengklasifikasian yang dilakukan oleh ilmuwan sastra dipandang sebagai pembuatan aturan tertentu terhadap jenis-jenis sastra. Fenomena yang seperti itu sering disebut dengan “estetika identitas”. Dengan karya sastra ciptaanya itu sastrawan merasa memiliki identitas.
2.1  Pembagian Jenis Sastra
Berkaitan dengan jenis sastra ada dua jenis sastra, yakni yang bersifat cerita dan yang bersifat drama. Teks-teks yang menampilkan satu orang juru bicara saja, yang kadang-kadang dapat mengajak tokoh-tokoh lain untuk membuka mulutnya, tetapi yang pada pokoknya merupkan sang dalam tunggal termasuk jenis naratif. Teks-teks yang menampilkan berbagai tokoh yang menampilkan berbagai tokoh dengan ungkapan bahasa mereka sendiri-sendiri termasuk jenis dramatik.
Selain dua jenis sastra seperti yang ditemukan oleh Aristoteles, biasanya orang juga menambahkan satu jenis lagi, yaitu jenis politik. Masyarakat sastra pun kemudian labih mengikuti ketiga jenis sastra tersebut, sehingga dalam dunia cipta sastra dikenal jenis puisi, drama, dan naratif. (yang meliputi novel atau roman dan cerita pendek, serta novelet). Sejarah sastra pun juga mengikuti pembagian ini untuk membicarakan perkembangan jenis-jenis sastra, sehingga dikenal sejarah puisi, sejarah novel sejarah cerpen, dan sejarah drama. Dibawah ini diuraikan lebih lanjut tentang tiga jenis sastra tersebut.
1.      Jenis Naratif
Yang dimaksud dengan teks-teks naratif  ialah semua teks yang tidak bersifat dialog dan isinya merupakan suatu kisah sejarah. Bersamaan dengan kisah dan deretan peristiwa itu hadir cerita. Dalam konteks sastra modern, cirri-ciri tersebut terdapat dalam teks roman, novel, novelette, prosa lirik, dan cerita pendek. Teks naratif dalam bentuknya sebagai novel (roman) dan cerita pendek sebagai jenis sastra yang mengalami perkembangan cukup pesat, terbukti dengan lahirnya cabang teori sastra yang khusus membahas teks naratif yang disebut dengan natiarologi atau juga disebut teori fiksi.
Dalam buku-buku teori fiksi atau natarologi biasanya digunakan hakikat fiksi atau naratif, unsur-unsur (struktur) fiksi menjadi fakta cerita yang meliputi beberapa macam yang disebutkan oleh Stanton, diantaranya:
a.       Tokoh
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarah, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di dalam nyata oleh karena itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” ata berciri “hidup”, atau memiliki derajat lifelikeness.
Apa yang diucapkan tokoh, baik dalam bentuk dialog maupun menolong, seringkali menunjukkan karakternya. Cakupan antar tokoh dapat menunjukkan bagaimana karakter tokoh.
b.      Alur
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusunberdasarkan hubungan kasualitas. Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bias terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam.
c.       Latar
Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu latar tempat, waktu dan social. Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis. di lokasi mana peristiwa terjadi, di desa apa, kata apa, dan sebagiannya latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam, maupun historis. Latar social berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
d.      Judul
Judul merupakan hal pertama yang paling mudah di kenal oleh pembaca karena sampai saat ini tidak ada karya yang tanpa judul. Judul sering kali mengacu pada tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari beberapa unsur tersebut.
e.       Sudut Pandang
Sudut pandang memasalahkan siapa yang bercerita sudut pandang di bedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan orang ketiga.
f.       Gaya dan Nada
Gaya (gaya bahasa) merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi (pilihan kata), imajeri (citraan), dan sintaksis (pilihan kata kalimat). Nada berhubungan dengan pilihan gaya untuk mendeskripsikan sikap tertentu.
g.      Tema
Tema merupakan makna cerita. Tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok permasalahan, baik secara eksplisit maupun implicit dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok cerita).
2.      Jenis Dramatik
 Yang dimaksudkan dengan teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Drama itu berada dengan prosa cerita dan puisi karena dimaksudkan untuk dipentaskan. Pementasan itu memberikan kepada drama sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan para pemain menafsirkan teks, sedangkan para penonton menafsirksn versi yang telah ditafsirkan oleh para pemain. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementasanya mau tidak mau membayangkan jalur peristiwa diatas panggung. Pengarang drama pada prinsipnya memperhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas, akibat pementasan. Maka dari itu teks drama berkiblat pada pementasan.
Dalam drama dialog merupakan bagian terpenting, dan sampai taraf tertentu ini juga berlaku bagian monolog-monolog, pada pokoknya sebuah drama terdiri atas teks – teks para akibat actor. Sementara itu, petunjuk – petunjuk untuk pemenrtasan bersifat sekunder karena selama pementasan tak pernah diucapkan tetapi dikonkretkan lewat isyarat-isyarat non bahasa.
3.      Jenis Puisi (Makna Puisi)
Setiap puisi pasti mengandung makna baik disampaikan secara langsung maupun secar tidak langsung, implisit, atau simbolis. Makna tersebut pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Ada yang berhubungan dengan persoalan cinta asmara, cinta sufistik, kemiskinan, pemujaan terhadap tanah air (Nasionalisme) maupun tokoh – tokoh tertentu.
Makna sebuah puisi pada umumnya baru dapat dipahami setelah seorang pembaca membaca, memahami arti tiap kata dan kiasan yang dipakai dalam puisi, juga memperhatikan unsur-unsur puisi lain yang mendukung maknanya.
Pembagian jenis sastra berdasarkan tema dan akibat pragmatik. Disamping berdasarkan bentuk, isi dan bahasanya. Jenis sastra juga dibedakan berdasarkan tema (isi) dan akibat pragmatik. Berdasarkan tematiknya dapat dibedakan beberapa jenis, fiksi berikut.
a.       Fiksi (Novel) realistik isinya berkaitan dengan hal-hal yang berifat faktual dalam prilaku manusia.
b.      Fiksi romatik yang menyajikan masalah perjuangan emosi pribadi dan desakan dari luar.
c.       Fiksi naturalistik dan proletarian yang mengutamakan pelukisan fakta-fakta yang keji dan kurang bisa diterima secara moral dan pelukisan tatanan material yang kurang dapat diterima oleh akal sehat.
d.      Fiksi gotik yang melukiskan cerita-cerita horor.
e.       Fiksi utopian yang menggambarkan tatanan ekonomi, politik.
f.       Fiksi Safire yang menggambarkan pertentangan antara manusia dan institusi yang tampak secara lahiriyah dengan kakuasaan yang ada dan sebaliknya.
g.      Fiksi eksistensialis yang menggambarkan kekuatan dibalik fakta-fakta dunia yang tak terpahamkan, tak dapat diterima, bahkan yang tak pernah terjadi dalam fiksi ini para tokohnya dihadapkan pada sesuatu yang gelap dan dilantarkan kedunia absurd.
Sementara itu berdasarkan tema (isinya) puisi juga dibedakan menjadi beberapa jenis bentuk.
a.       Puisi lirik yaitu puisi yang berisi cetusan isi hati penyair
b.      Puisi naratif yaitu puisi yang mengandung cerita dan menjelaskan sesuatu.
c.       Puisi dramatik yaitu puisi yang mengandung percakapan atau dialog tokoh.
d.      Puisi balado yaitu puisi yang berisi nyanyian dengan perulangan terus-menerus
e.       Casno yaitu puisi tentang keindahan dan cinta
f.       Ode yaitu puisi pujian terhadap seseorang atau sesuatu hal, dll.
Berdasarkan pragmatik karya sastra dapat dibedakan sesuai dengan tujuanya, disini misalnya ada teks yang bertujuan untuk mengajarkan sesuatu (didaktis), yang bersifat humor, mengharukan, dan memberikan informasi.
Demikianlah berbagai macam jenis sastra sesuai kriterianya masing-masing jenis sastra tersebut belum berarti berakhir karena perkembangan sejarah sastra tidak menutup kemungkinan akan muncul jenis-jenis sastra yang baru.

Rabu, 23 Mei 2012

Nilai Pendidikan Sastra


Nilai pendidikan adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Sehingga nilai pendidikan dalam karya sastra disini yang dimaksud adalah nilai-nilai yang bertujuan mendidik seseorang atau individu agar menjadi manusia yang baik dalam arti berpendidikan. Nilai pendidikan dalam karya sastra dibedakan atas empat macam yaitu: nilai moral, nilai kebenaran, nilai keindahan, dan nilai religius.
1.      Nilai moral
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, berkewajiban dan sebagainya. Moral dapat pula disebut dengan akhlak budi pekerti dan susila. Untuk mencapai keutamaan seorang anak harus memiliki sikap sebagai berikut:
a.       Suka menolong
Suka menolong adalah kebiasaan menolong dan membantu orang lain. Kebiasaan menolong ini juga merupakan suatu perilaku yang dapat ditanamkan dengan selalu siap mengulurkan tangan dan dengan cara aktif mencari kesempatan untuk menyumbang.
b.      Keteguhan hati dan Komitmen
Keteguhan hati dan komitmen adalah pendidikan moral yang baik untuk membentuk mental yang positif. Komitmen membuat seseorang bertahan dalam mencapai cita-cita, pekerjaan seseorang dan orang lain. Komitmen merupakan janji yang dipegang teguh terhadap keyakinan dan memberi dukungan serta setia kepada keluarga dan teman. Keteguhan hati dapat membuat seseorang menncapai citacitanya
c.       Kerjasama
Kerjasama adalah menggabungkan tenaga seseorang dengan tenaga orang lain untuk bekerja demi mencapai tujuan umum. Melalui kerjasama kita dapat menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan lebih mudah dari pada dikerjakan sendiri, ditambah pula dengan kegembiraan setiap orang karena bisa berbagi pekerjaan.
d.      Kepedulian dan empati
Kepedulian dan empati didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain. Kepedulian dan empati adalah cara kita menanggapi perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain karena kita secara alami merasakan kepedulian terahadap sesama agar berupaya mengenali pribadi orang lain dan keinginan membantu orang lain yang sedang dalam keadaan susah. Melalui empati, seseorang mengenali rasa kemanusiaan terhadap diri sendiri ataupun orang lain.
e.       Humor
Humor adalah kemampuan untuk merasakan dan menanggapi komedi dalam dunia seseorang dan dalam din kita sendiri. Dengan humor dapat membuat cerah, senang dalam kehidupan sehari-hari dalam situasi yang menggelikan.
f.       Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan seseorang bereaksi terhadap situasi setiap hari yang memerlukan beberapa keputusan.
2.      Nilai keindahan
Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis). Pendidikan keindahan bertujuan agar semua anak mempunyai rasa keharuan terhadap keindahan, mempunyaiselera terhadap keindahan, dan selanjutnya dapat menikmati keindahan
3.      Nilai religius
Nilai religius merupakan nilai ke-Tuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak bersumber dan keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap Tuhannya. Sikap religius ini mencakup segala pengertian yang bersifat adikodrati. Nilai religius ini merupakan nilainilai pusat yang terdapat di masyarakat.
4.      Nilai Kebenaran
Nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada arah yang baik,benar. Pendidikan kebenaran selalu mempunyai rasa pembelaan trrhadap arah yang benar.