Kamis, 24 Mei 2012

TEORI SASTRA

A.    Sastra
Untuk melakukan sebuah penelitian, faktor utama yang dipertimbangkan adalah teori. Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung data dan argumentasi.
Karya sastra merupakan benda, dalam hal ini artefak yang berupa buku sastra. Benda sastra inilah yang kemudian dibaca oleh anggota-anggota masyarakat sebagai pembaca sastra. Karena pembaca sastra berasal dari lingkungan budaya, sosial, dan cara berpikir masyarakat dimana sastrawan berada, akan terjadi “bahasa komunikasi” antara sastrawan dan pembacanya lewat karya sastra. Komunikasi ini terjadi dengan sehat apabila pembaca dapat menemukan nilai-nilai dalam benda sastra tersebut.
Membaca disebut sebagai kegiatan memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya. Maka dalam membaca sastra yang baik, para pembaca akan mendapatkan kesenangan dan kegunaan yang diberikan oleh karya sastra itu, yang berupa keindahan dan pengalaman-pengalaman jiwa yang bernilai tinggi, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya lewat para penafsirnya.
Karya sastra baik mampu memberikan rasa puas dan rasa senang kepada pembacanya. Karya sastra yang baik memberikan pesona, membius pembacanya, membuat larut di dalamnya dan melupakan lanjutnya waktu. Karya sastra yang baik tidak pernah membosankan, pembaca tidak “dipaksa membaca”, melarutkan diri dengan karya sastra.
Dalam sastra ada penanganan bahan yang khusus ini tidak hanya berlaku untuk puisi, tetapi juga untuk prosa sastra. Cara penanganan bahan dapat berbeda-beda misalnya ada paralelisme, kiasan, penggunaan bahasa yang tidak gramatikal, dan khusus dalam teks kiasan ada bentuk dan sudut pandang yang bermacam-macam. Kemampuan pengamatan atas penggunaan bahasa yang khusus bergantung pada pengetahuan bahasa serta pengalaman sastra si pembaca.

B.     Pengertian Jenis Sastra
Jenis sastra (dalam buku-buku teori sastra sering disebut dengan genre sastra) adalah hasil klasifikasi terhadap bentuk dan isi karya sastra yang terdapat dalam realibis. Pengklasifikasian yang dilakukan terhadap karya sastra dibedakan kedalam beberapa jenis biasanya didasarkan pada criteria tertentu. Sesuai perspeksif yang digunakan oleh pihak yang melakukan pengklasifikasi tersebut.
Upaya untuk mengklasifikasikan karya sastra kedalam berbagai jenis (genre) telah dilakukan sejak zaman dahulu. Dengan adanya evaluasi, maka ilmuwan sastra bisa melihat sejauh mana perkembangan kehidupan kesastraan dalam masyarakat pada periode tertentu dari babakan sejarah kesusastraan, pengklasifikasian yang dilakukan oleh ilmuwan sastra dipandang sebagai pembuatan aturan tertentu terhadap jenis-jenis sastra. Fenomena yang seperti itu sering disebut dengan “estetika identitas”. Dengan karya sastra ciptaanya itu sastrawan merasa memiliki identitas.
2.1  Pembagian Jenis Sastra
Berkaitan dengan jenis sastra ada dua jenis sastra, yakni yang bersifat cerita dan yang bersifat drama. Teks-teks yang menampilkan satu orang juru bicara saja, yang kadang-kadang dapat mengajak tokoh-tokoh lain untuk membuka mulutnya, tetapi yang pada pokoknya merupkan sang dalam tunggal termasuk jenis naratif. Teks-teks yang menampilkan berbagai tokoh yang menampilkan berbagai tokoh dengan ungkapan bahasa mereka sendiri-sendiri termasuk jenis dramatik.
Selain dua jenis sastra seperti yang ditemukan oleh Aristoteles, biasanya orang juga menambahkan satu jenis lagi, yaitu jenis politik. Masyarakat sastra pun kemudian labih mengikuti ketiga jenis sastra tersebut, sehingga dalam dunia cipta sastra dikenal jenis puisi, drama, dan naratif. (yang meliputi novel atau roman dan cerita pendek, serta novelet). Sejarah sastra pun juga mengikuti pembagian ini untuk membicarakan perkembangan jenis-jenis sastra, sehingga dikenal sejarah puisi, sejarah novel sejarah cerpen, dan sejarah drama. Dibawah ini diuraikan lebih lanjut tentang tiga jenis sastra tersebut.
1.      Jenis Naratif
Yang dimaksud dengan teks-teks naratif  ialah semua teks yang tidak bersifat dialog dan isinya merupakan suatu kisah sejarah. Bersamaan dengan kisah dan deretan peristiwa itu hadir cerita. Dalam konteks sastra modern, cirri-ciri tersebut terdapat dalam teks roman, novel, novelette, prosa lirik, dan cerita pendek. Teks naratif dalam bentuknya sebagai novel (roman) dan cerita pendek sebagai jenis sastra yang mengalami perkembangan cukup pesat, terbukti dengan lahirnya cabang teori sastra yang khusus membahas teks naratif yang disebut dengan natiarologi atau juga disebut teori fiksi.
Dalam buku-buku teori fiksi atau natarologi biasanya digunakan hakikat fiksi atau naratif, unsur-unsur (struktur) fiksi menjadi fakta cerita yang meliputi beberapa macam yang disebutkan oleh Stanton, diantaranya:
a.       Tokoh
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarah, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di dalam nyata oleh karena itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah. Dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” ata berciri “hidup”, atau memiliki derajat lifelikeness.
Apa yang diucapkan tokoh, baik dalam bentuk dialog maupun menolong, seringkali menunjukkan karakternya. Cakupan antar tokoh dapat menunjukkan bagaimana karakter tokoh.
b.      Alur
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusunberdasarkan hubungan kasualitas. Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bias terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam.
c.       Latar
Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu latar tempat, waktu dan social. Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis. di lokasi mana peristiwa terjadi, di desa apa, kata apa, dan sebagiannya latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam, maupun historis. Latar social berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
d.      Judul
Judul merupakan hal pertama yang paling mudah di kenal oleh pembaca karena sampai saat ini tidak ada karya yang tanpa judul. Judul sering kali mengacu pada tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari beberapa unsur tersebut.
e.       Sudut Pandang
Sudut pandang memasalahkan siapa yang bercerita sudut pandang di bedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan orang ketiga.
f.       Gaya dan Nada
Gaya (gaya bahasa) merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi (pilihan kata), imajeri (citraan), dan sintaksis (pilihan kata kalimat). Nada berhubungan dengan pilihan gaya untuk mendeskripsikan sikap tertentu.
g.      Tema
Tema merupakan makna cerita. Tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok permasalahan, baik secara eksplisit maupun implicit dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok cerita).
2.      Jenis Dramatik
 Yang dimaksudkan dengan teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Drama itu berada dengan prosa cerita dan puisi karena dimaksudkan untuk dipentaskan. Pementasan itu memberikan kepada drama sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan para pemain menafsirkan teks, sedangkan para penonton menafsirksn versi yang telah ditafsirkan oleh para pemain. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementasanya mau tidak mau membayangkan jalur peristiwa diatas panggung. Pengarang drama pada prinsipnya memperhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas, akibat pementasan. Maka dari itu teks drama berkiblat pada pementasan.
Dalam drama dialog merupakan bagian terpenting, dan sampai taraf tertentu ini juga berlaku bagian monolog-monolog, pada pokoknya sebuah drama terdiri atas teks – teks para akibat actor. Sementara itu, petunjuk – petunjuk untuk pemenrtasan bersifat sekunder karena selama pementasan tak pernah diucapkan tetapi dikonkretkan lewat isyarat-isyarat non bahasa.
3.      Jenis Puisi (Makna Puisi)
Setiap puisi pasti mengandung makna baik disampaikan secara langsung maupun secar tidak langsung, implisit, atau simbolis. Makna tersebut pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Ada yang berhubungan dengan persoalan cinta asmara, cinta sufistik, kemiskinan, pemujaan terhadap tanah air (Nasionalisme) maupun tokoh – tokoh tertentu.
Makna sebuah puisi pada umumnya baru dapat dipahami setelah seorang pembaca membaca, memahami arti tiap kata dan kiasan yang dipakai dalam puisi, juga memperhatikan unsur-unsur puisi lain yang mendukung maknanya.
Pembagian jenis sastra berdasarkan tema dan akibat pragmatik. Disamping berdasarkan bentuk, isi dan bahasanya. Jenis sastra juga dibedakan berdasarkan tema (isi) dan akibat pragmatik. Berdasarkan tematiknya dapat dibedakan beberapa jenis, fiksi berikut.
a.       Fiksi (Novel) realistik isinya berkaitan dengan hal-hal yang berifat faktual dalam prilaku manusia.
b.      Fiksi romatik yang menyajikan masalah perjuangan emosi pribadi dan desakan dari luar.
c.       Fiksi naturalistik dan proletarian yang mengutamakan pelukisan fakta-fakta yang keji dan kurang bisa diterima secara moral dan pelukisan tatanan material yang kurang dapat diterima oleh akal sehat.
d.      Fiksi gotik yang melukiskan cerita-cerita horor.
e.       Fiksi utopian yang menggambarkan tatanan ekonomi, politik.
f.       Fiksi Safire yang menggambarkan pertentangan antara manusia dan institusi yang tampak secara lahiriyah dengan kakuasaan yang ada dan sebaliknya.
g.      Fiksi eksistensialis yang menggambarkan kekuatan dibalik fakta-fakta dunia yang tak terpahamkan, tak dapat diterima, bahkan yang tak pernah terjadi dalam fiksi ini para tokohnya dihadapkan pada sesuatu yang gelap dan dilantarkan kedunia absurd.
Sementara itu berdasarkan tema (isinya) puisi juga dibedakan menjadi beberapa jenis bentuk.
a.       Puisi lirik yaitu puisi yang berisi cetusan isi hati penyair
b.      Puisi naratif yaitu puisi yang mengandung cerita dan menjelaskan sesuatu.
c.       Puisi dramatik yaitu puisi yang mengandung percakapan atau dialog tokoh.
d.      Puisi balado yaitu puisi yang berisi nyanyian dengan perulangan terus-menerus
e.       Casno yaitu puisi tentang keindahan dan cinta
f.       Ode yaitu puisi pujian terhadap seseorang atau sesuatu hal, dll.
Berdasarkan pragmatik karya sastra dapat dibedakan sesuai dengan tujuanya, disini misalnya ada teks yang bertujuan untuk mengajarkan sesuatu (didaktis), yang bersifat humor, mengharukan, dan memberikan informasi.
Demikianlah berbagai macam jenis sastra sesuai kriterianya masing-masing jenis sastra tersebut belum berarti berakhir karena perkembangan sejarah sastra tidak menutup kemungkinan akan muncul jenis-jenis sastra yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar