Senin, 07 Mei 2012

Tugas atau Peran Kader Dalam Kegiatan Posyandu


Posyandu (pos pelayanan terpadu) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu dan anak pada khususnya. Posyandu merupakan bagian dari pembangunan untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dilaksanakan oleh keluarga bersama dengan masyarakat di bawah bimbingan petugas kesehatan dari puskesmas setempat.
Sasaran utama kegiatan posyandu ini adalah balita dan orangtuanya, ibu hamil, ibu menyusui dan bayinya, serta wanita usia subur. Sedangkan yang bertindak sebagai pelaksana posyandu adalah kader.
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati dkk, 2010).
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader : “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela” (Zulkifli, 2003).
Kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan kesehatan (Syafrudin, dan Hamidah, 2006).
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promotor kesehatan (Yulifah R, dan Yuswanto, 2006).
Kader aktif adalah kader yang selalu melaksanakan kegiatan posyandu dan selalu menjalankan tugas dan perannya sebagai kader (Dinas Kesehatan Tuban, 2005).
Kader tidak aktif adalah kader yang tidak melaksanakan tugas dan perannya sebagai kader posyandu serta tidak rutin mengikuti kegiatan posyandu (Republika, 2005).
2.1.2 Syarat Menjadi Kader Posyandu
1. Dapat membaca dan menulis
2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan
3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
4. Mempunyai waktu yang cukup
5. Bertempat tinggal di wilayah posyandu
6. Berpenampilan ramah dan simpatik
7. Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.
2.1.3 Tugas dan Peran Kader Posyandu
2.1.3.1 Melakukan kegiatan bulanan posyandu :
                        a. Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
i. Tugas-tugas kader posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka Posyandu, meliputi :
a. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi penyuluhan.
b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk datang ke Posyandu.
c. Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu.
d. Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
ii. Tugas kader pada kegiatan bulanan Posyandu
a.       Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja, meliputi :
1.      Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau ballita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register ibu hamil.
2.      Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
3.      Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4.      Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
5.      Meja 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan antara lain : Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana, Pengobatan Pemberian pil penambah darah (zat besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.
b.      Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu
Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :
1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku register atau buku bantu kader.
2. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).
3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
2.1.3.2 Melaksanakan kegiatan di luar posyandu :
a. Melaksanakan kunjungan rumah
i. Setelah kegiatan di dalam Posyandu selesai, rumah ibu-ibu yang akan dikunjungi ditentukan bersama.
ii. Tentukan keluarga yang akan dikunjungi oleh masing-masing kader. Sebaiknya diajak pula beberapa ibu untuk ikut kunjungan rumah.
iii. Mereka yang perlu dikunjungi adalah :
a.       Ibu yang anak balitanya tidak hadir 2 (dua) bulan berturut-turut di Posyandu
b.      Ibu yang anak balitanya belum mendapat kapsul vitamin
c.       Berat badanny tidak naik 2 (dua) bulan berturut-turut
d.      Berat badannya di bawah garis merah KMS
e.       Sasaran Posyandu yang sakit
f.       Ibu hamil yang tidak menghadiri kegiatan Posyandu 2 (dua) bulan berturut-turut
g.      Ibu hamil yang bulan lalu dikirim atau dirujuk ke puskesmas
h.      Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya
i.        Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul iodium
j.        Balita yang terlalu gemuk
b.        Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Posyandu
i.          Langsung ke tengah masyarakat
ii.        Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat
c.         Membantu petugas kesehatandalam pendaftaran, penyuluhan, dan berbagai usaha kesehatan masyarakat.

CONTOH
PENGUKURAN PERAN, SIKAP / PERILAKU SESEORANG

Mahasiswa yang mempnyai ingatan baik, punya perbendaharaan kata yang luas, mempunyai kemampuan berfikir baik, punya kemampuan beritung baik, dll. Sebagai contoh :

Variabel
Definisi Operasional
Pengukuran
Skala
Peran caring perawat
Tindakan yang dilakukan melalui interkasi perawata dengan anak-eluarga secara fisik, emosional, dan spiritual yang menggunakan nilai carative factor, dan dapat dipersepsikan oleh keluarga anak sehingga menghasilkan kepuasan keluarga pada asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1.       Menghargai dan mendahulukan kebutuhan klien sebagai upaya untuk membangun kepercayaan klien, sehingga klien memiliki pandangan yang positif tentang kesembuhannya
2.       Memandang setiap individu sebagai individu yang unik, sehingga memerlukan pendekatan tersendiri
3.       Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pada ilmu keperawtan dan sesuai dengan kewenangannya
4.       Menjalin interkasi antara pasien dan perawat
5.       Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan memberi kesempatan pada klien untuk mengekspresikan apa yang diinginkan serta menghormati keputusan klien
Menggunakan
Kuesioner
Pilihan jawaban :
Tidak pernah : Skor 1
Kadang-kadang : Skor 2
Sering : Skor 3
Selalu : Skor 4

Kriteria
Positif : Bila > 50%
Negatif : Bila < 50%

Nominal
Sikap terhadap DBD
Pandangan responden DBD yang meliputi perasaan:
1.       Acuh tak acuh
2.       Ketakutan
3.       Penerimaan
4.       dll
Menggunakan kuesioner

Pilihan jawaban
Tidak pernah : Skor 1
Kadang-kadang : Skor 2
Sering : Skor 3
Selalu : Skor 4

Kriteria
Positif : Bila > 50%
Negatif : Bila < 50%

Nominal

(Abd. Nasir, 2010)

Jumat, 04 Mei 2012

Sejarah Kalender Bayi China


a.      Definisi
Suatu metode / cara penentuan jenis kelamin bayi dari China yang yang dapat diprediksikan jauh sebelum bayi lahir dari mengamati usia ibu dan bulan konsepsi ibu yang selanjutnya dapat dilihat berdasarkan tabel jenis kelamin bayi  (Hendri, 2011).
Tabel bayi Cina yang merupakan ciptaan ahli kedokteran Cina yang telah lama dipakai oleh bangsa Cina untuk mengetahui jenis kelamin bayi yang tengah di kandung atau sebagai acuan untuk memilih jenis kelamin bayi yang di inginkan. (posted,2011).
Metode yang kuno berumur ratusan tahun ditemukan para ilmuwan cina di dekat Beijing Cina berupa naskah yang memuat kalender prediksi jenis kelamin anak yang kemudian diteliti dan disesuaikan dengan system penanggalan saat ini.(Kurniadi,2011)
b.      Asal – usul
Chinagold Baby Chart ditemukan didekat makam raja Peking China Kuno sekitar 700 tahun yang lalu tabel jenis kelamin sudah ada. Namun baru belakangan ini ditemukan, tabel tersebut dapat memperkirakan jenis kelamin bayi yang akan lahir berdasarkan usia ibu dan bulan konsepsi. Tapi kita bisa mengamati umur ibu saat mulai konsepsi dari tabel dan mulai mengikuti bulannya, kita bisa menentukan bulan konsepsi ibu dari siklus menstruasi ibu. Saat ovulasi merupakan masa paling subur seorang wanita. Masa ovulasi = hari pertama haid terakhir [HPHT] + siklus menstruasi.Maka akan mendapatkan bulan konsepsi dan selanjutnya bayi dapat mulai digambarkan walau hanya memprediksi jenis kelamin saja (hendri,2011)
c.       Efektifitas Chinagold Baby Chart
Tabel Chinagold Baby Chart mulai dikembangkan secara asli (original) oleh Institut Ilmu Pengetahuan di Peking. Kesuksesan penggunaan tabel tersebut dapat dibuktikan oleh 1000 orang dan hasilnya 90 % sukses dan memiliki keakuratan hingga 66,5 % (Hendri,2011).
Berdasarkan 24718 survey data yang masuk, menunjukkan bahwa 4144 survey data  mengungkapkan kebenaran adanya penelitian tentang penentuan jenis kelamin bayi berdasar pada tanggal/date konsepsi ibu dengan persentase yang akurat adalah 66,5 % sukses menilai untuk Tabel Bayi China (Chinagold baby chart). Dengan penggunaan hasil survey itu 4144 tanggapan kepada Tabel Bayi China yang asli berdasar pada tanggal/date konsepsi ibu terbukti dapat meramal 12 jenis kelamin bayi yang diinginkan oleh suatu pasangan (hendri,2011)


d.      Keuntungan
1)      Tingkat keakuratannya hingga 66,5 %
2)      Dapat dilakukan sendiri  dengan mengetahui haid pertama, siklus haid, usia ibu, dan masa subur 
3)      Tanpa ada unsur pemeriksaan dalam
4)      Tidak dapat mengganggu kesehatan (Hendri,2011)
e.       Kerugian
1)      Ibu harus mengetahui siklus haidnya
2)      Ibu harus mengetahui kapan haid terakhir haid pertamanya (HPHT)
3)      Ibu harus ingat usianya secara pasti. (posted,2011)
f.       Cara penggunaan
Sebelumnya ibu harus tahu kapan masa ovulasinya (masa subur), untuk mengetahui masa suburnya ibu harus ingat kapan haid pertama haid terakhirnya, siklus haidnya yang kemudian dapat dirumuskan sebagai berikut: Masa ovulasi = hari pertama haid terakhir [HPHT] + siklus menstruasi (Hendri.2011)
Setelah ibu mengetahui kapan masa ovulasi (masa suburnya) ibu harus tahu usianya yang kemudian ditarik garis dan dapat diamati dalam chinagold baby chart.
Tabel Chinese Baby Chart dapat dilihat dengan cara:
1)      Umur ibu dapat dilihat dengan menarik garis secara vertical
2)      Bulan konsepsi ibu dapat dilihat dengan menarik garis secara   horizontal
Tabel ini memiliki beberapa bagian, pada arah horizontal terdapat usia ibu saat melakukan konsepsi (dimulai dari usia 18 sampai 45 tahun). Pada arah vertikal terdapat bulan dimana dilakukan konsepsi (dari bulan januari sampai bulan desember). Didalam tabel  terdapat simbol – simbol yang melambangkan jenis kelamin bayi yaitu laki – laki dan perempuan dengan warna yang berbeda (Hendri,2011)

 

MAKALAH FILSAFAT MANUSIA “ Pranata Kehidupan Manusia dalam Filosofi terhadap Budaya Bangsa”


A.        Filsafat Sebagai Ilmu Tentang Kehidupan Manusia
Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama. Dalam makalah ini akan membahas tentang unsur-unsur pembentuk manusia yang dapat membantu manusia untuk hidup lebih baik. Pembentukan manusia yang lebih baik bukan dalam arti moral; baik buruknya manusia, tetapi dalam arti pembentukan manusia sebagai makhluk yang hidup dan berbudaya, yakni hidup yang lebih bijaksana,  dan lebih kritis. Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Kelompok mencoba mengangkat tiga unsur pembentukan manusia. Ketiga unsur pembentuk itu antara lain: (1) pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya; (2) manusia dalam hubungannya dengan hidup komunitas; dan (3) agama membantu manusia hidup dengan lebih baik.
Pengetahuan menjadi unsur yang penting dalam usaha membentuk manusia yang lebih baik. Dengan pengetahuan yang memadai manusia dapat mengembangkan diri dan hidupnya. Apa yang diketahui secara lebih umum dalam pengetahuan, dalam ilmu diketahui secara lebih masuk akal. Dalam hal ini ilmu lebih kritis daripada hanya menerima apa yang didapat dari pengetahuan. Sekalipun demikian kelompok megangkat pengetahuan untuk memahami hidup manusia dan secara kritis dilihat oleh ilmu. Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh, ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya. Berkaitan dengan itu manusia juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan atau dunianya. Dengan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia atau lingkungannya, manusia dapat mengadaptasikan dirinya secara cepat dan lebih mudah.
Manusia ternyata tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam hubungan dengan dan membutuhkan manusia lain, yang menunjukkan hakikat dari manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih kritis. Dengan demikian manusia pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau hidup dalam suatu komunitas tertentu, mengalami kehidupan polis. Jadi, kebersamaannya dengan orang lain dalam suatu komunitas inilah yang turut menentukan pembentukan yang memperkenankan manusia itu hidup atas cara yang lebih baik dan lebih sempurna dalam dunianya.
Unsur lain yang menurut kelompok dapat membantu membentuk manusia sehingga manusia dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan kata lain, agama mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi penganutnya.
I. Manusia mengetahui dirinya dan dunianya
Pengetahuan merupakan salah satu unsur yang penting dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik dan lebih sempurna. Manusia adalah makluk yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga manusia juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai tempat dirinya bereksistensi. Dunia yang dimaksudkan di sini adalah dunia yang mampu memberikan manusia kemudahan dan tantangan dalam hidup. Dunia di mana manusia bereksistensi dapat memberikan kepada manusia sesuatu yang berguna bagi pembentukan dan pengembangan dirinya. Pengetahuan merupakan kekayaan dan kesempurnaan bagi makhluk yang memilikinya. Manusia dapat mengetahui segala-galanya, maka ia menguasai makhluk lain yang penguasaannya terhadap pengetahuan kurang. Dalam lingkungan manusia sendiri seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik bila dibandingkan dengan yang tidak tahu apa-apa. Pengetahuan menjadikan manusia berhubungan dengan dunia dan dengan orang lain, dan itu membentuk manusia itu sendiri.
Namun, pengetahuan manusia begitu kompleks. Pengetahuan manusia menjadi kompleks karena dilaksanakan oleh suatu makhluk yang bersifat daging dan jiwa sekaligus,  maka pengetahuan manusia merupakan sekaligus inderawi dan intelektif. Pengetahuan dikatakan inderawi lahir atau luar bila pengetahuan itu mencapai secara langsung, melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba, kenyataan yang mengelilingi manusia. Sementara, pengetahuan itu dikatakan inderawi batin ketika pengetahuan itu memperlihatkan kepada manusia, dengan ingatan dan khayalan, baik apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan manusia. Pengetahuan intelektif merupakan watak kodrati pengetahuan manusia yang lebih tinggi.
Lalu bagaimana pengetahuan yang dimiliki manusia tentang dirinya dan dunianya dapat membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik? Manusia mengetahui dirinya berarti mengenal dengan baik kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Sementara, manusia mengetahui duninya berarti menusia mengenal secara baik apa yang ada atau terkandung dalam dunianya itu, baik potensi yang dapat memudahkan manusia itu sendiri maupun tantangan yang diperhadapkan kepadanya. Kekurangan manusia dapat diatasi dengan apa yang ada dalam dunianya. Tentu saja melalui suatu relasi, baik relasi dengan orang lain maupun relasi dengan alam. Pengetahuan dan pengenalan atas diri dan dunianya membantu manusia untuk mengarahkan dirinya kepada hidup yang lebih baik. Salah satu cara manusia mengetahui dirinya dan lingkungannya adalah melalui pendidikan. Dan pendidikan di sini tentu saja pendidikan yang diharuskan untuk seni yang baik, yang khas hanya untuk manusia, dan yang membedakannya dari semua binatang.
II. Manusia dalam hidup komunitas
Secara umum komunitas dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan atau persekutuan manusia yang bersifat permanen demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan. Dan umumnya tujuan yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan keprihatinan timbal balik satu dengan yang lain. Jadi, secara tidak langsung hidup komunitas dapat dimengerti sebagai suatu kehidupan dimana terdapat individu-individu manusia yang membentuk suatu persekutuan guna mancapai suatu tujuan bersama. Dan tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai tertentu yang diinginkan bersama. Misalnya, nilai kebaikan, keindahan, kerja sama dan sebagainya. Selanjutnya, dalam mencapai tujuan bersama itu setiap individu saling berinteraksi atau bekerjasama satu dengan yang lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
Akan tetapi serentak pula tak dapat disangkal bahwa melalui kehidupan komunitas kepribadian manusia dapat dibentuk melalui proses sosialisai dan internalisasi. Artinya, melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan kepada setiap individu. Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan oleh pegangan dalam diri setiap individu.



B.        Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan
Perlu disadari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan sosial budaya yang dilakukan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, marbtabat bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan dan pembangunan nasional serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan masyarakat untuk menumbuhkan kreaktivitas kearah  pembaharuan dalam usaha pendidikan yang tanpa kepribadian bangsa.
Pengertian kebudayaan dari beberapa ahli :
1. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiada dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat
2. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajri dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3. Kotjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik dari manusia dengan belajar
4. Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hiup yang dicptakan oleh manusia
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi mnausia dan masyarkat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga diharakan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena itu, dengan adanya filsafat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
1. suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2. wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
3. sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. pembeda manusia dengan binatang
5. petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan
6. pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain
7. sebagai modal dasar pembangunan
Kebudayaan masyarkat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dlaam melindungi masyarakt terhadap lingkungan di dalamnya.




Selasa, 01 Mei 2012

PELATIHAN KETERAMPILAN KADER DALAM PEMBENAHAN KESEHATAN DI BIDANG PROMKES

Banyak ibu yang belum mengerti akan pentingnya gizi balitanya. salah satu faktor yang berperan aktif dalam mendeteksi dini masalah adalah peran seorang kader. kader adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. disini kader berperan aktif dalam penimbangan balita, pencatatan / pengisian KMS dan keterampilan dalam interpretasi hasil penimbangan, mengidentifikasi keterampilan kader dalam penyuluhan perorangan di posyandu. karena kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinynya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sehingga dapat dilakukan pelatihan kader. jika kader dan tenaga kesehatan tidak mempunyai keterampilan dalam pelayanan di posyandu maka akan mempengaruhi ketidakaktifan ibu balita untuk kunjungan ke posyandu dan pemanfaatan pelayanan kesehatan lainnya. dan masalah gizi pada balita tidak teratasi. Dari faktor tersebut diatas mengategorikan kader menjadi 2 yaitu terampil dan tidak terampil. kategori ini nantinya yang akan menjadi salah satu standar pembenahan kesehatan di Indonesia dalam  bidang promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh kader.
Rencana kegiatan untuk mengarah ke arah pembenahan kesehatan di bidang kesehatan promosi yang nantinya akan dilaksanakan pelatihan kader dan pengujian kepada kader. kader yang sudah ikut pelatihan dan lulus pengujian nantinya akan menjadi tangan kanan bidan dalam promosi kesehatan di daerahnya.
Standar lulus pengujian keterampilan kader diklasifikasikan range nilai <50% kader dikatakan tidak terampilan > 50% kader dikatakan terampil bila kader dapat melaksanakan kegiatan kader posyandu.

Minggu, 29 April 2012

SADARI

A. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Definisi
SADARI adalah pemeriksaan/ perabaan sendiri untuk menemukan
timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005).
2. Tujuan SADARI
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi
dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan
masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik.
SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada
payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir
untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30
tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang
ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak
dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga
kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).
Mayo Fundation for Medical Education and Research (2005)
mengemukakan bahwa beberapa penelitian memang menunjukan SADARI
tidak menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, namun
kombinasi antara SADARI dan mamografi masih dibutuhkan untuk
menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara. Kearney dan Murray
(2006) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah dapat
menemukan tumor/benjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan
awal benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk
mendeteksi interval kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat
melakukan mamografi dan menurunkan kematian akibat kanker payudara.
3. Target dan waktu pelaksanaan
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia
20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala
pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka
masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan
SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut
jaringan payudara sudah terbentuk sempurna.
Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika
wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI
secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada
payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal
atau tidak berubah selama bertahun - tahun. Wanita yang belum
menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab
perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada
payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu
minggu setelah menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya
dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin
dalam kehidupan wanita tersebut (Burroughs, 1997).
4. Pedoman melakukan SADARI
Berikut ini langkah – langkah melakukan SADARI menurut
Smeltzer(1996):
Langkah 1 :
a. Berdirilah di depan cermin.
b. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidaknormal.
c. Perhatikan adanya rabas pada puting susu, keriput, dimpling atau kulit
mengelupas
Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur
pada payudara. Jadi ketika melakukan SADARI, anda harus mampu
merasakan otot – otot anda yang menegang.
Langkah 2 :
a. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan anda
dibelakang kepala anda ke arah depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudra anda.
Langkah 3 :
a. Selanjutnya tekan tangan anda ke arah pinggang anda dan agak
membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah
depan.
b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda.
Beberapa wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika
sedang mendi dengan shower. Jari – jari akan meluncur dengan mudah
diatas kulit yang bersabun, sehingga anda dapat berkonsentrasi dan
merasakan setiap perubahan yang terjadi pada payudara anda.
Langkah 4 :
a. Angkat tangan kiri anda.
b. Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda dengan kuat,
hati – hati dan menyeluruh.
c. Mulailah pada tepi luar, ttekan bagian datar dari jari tangan anda dalam
lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar payudara.
d. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.
e. Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara.
f. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah lengan,
termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri.
g. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.
Langkah 5 :
a. Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan adanya rabas.
b. Jika anda menemukan adanya rabas dari puting susu dalam sebulan yang
terjadi ketika anda sedang atau tidak melakukan SADARI, temuilah
dokter anda.
c. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda.
Langkah 6 :
a. Tahab 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring.
b. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di bawah
kepala anda dengan sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah
bahu kiri.
c. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan diatas.
d. Ulangi pada payudara kanan anda.
B. Kanker Payudara
1. Definisi
Kanker payudara adalah segolongan penyakit sebagai akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel – sel jaringan tubuh pada payudara yang
bila tidak cepat ditangani dan diobati akan menyebabkan kematian (Otto, S,
2005)
2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui
namum data epidemologik mengisyaratkan bahwa faktor genetik, endokrin
dan lingkungan mungkin sangat berperan inisiasi dan/atau promosi
pertumbuhan kanker payudara (Suddarth dan Brunner, 2003).
a. Genetik
Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki
peningkatan resiko mengalami kanker payudara namun saudara tingkat
pertama (saudara kandung, orang tua, anak) memiliki peningkatan resiko
dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan populasi umum. Hampir
5% dari semua pasien kanker payudara memiliki kelainan genetik
spesifik yang berperan dalam pembentukan kanker payudara mereka.
Para peneliti menemukan gen dengan nama BRC-1 (Breast Cancer 1) dan
BRC-2 (Breast Cancer 2). BRC-1 dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita
dan mutasi BRC-2 memyababkan 5% dari kanker payudara yang
disebabkan karena faktor keturunan.
b. Lingkungan
Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada penderita
tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkatkan resiko terkena
kanker payudara (radiasi yang disebabkan sinar X pada payudara atau
mamogram tidak dapat diperbandingkan dengan terapi radiasi
tuberculosis atau kanker lain dan tidak menyebabkan kanker fan tidak
perlu dikhawatirkan). Pestisida seperti DDT juga perlu diperhatikan.
c. Endokrin
Banyak faktor yang meningkatkan resiko kanker payudara.
Menstruasi yang mulai pada usia terlalu muda, menopouse yang
datangnya terlambat (usia lebih dari 51 tahun), mempunyai anak pertama
di atas usia 30 tahun atau tidak sama sekali mempunyai anak akan
meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Semua faktor tersebut
berhubungan dengan hormon estrogen. Kanker payudara juga
berhubungan dengan penggunaan hormon estrogen yang digunakan
sebagai terapi menopouse.
d. Diet
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat
meningkatkan resiko terkena kanker payudara, tetapi penelitian lain tidak
memperlihatkan hasil tersebut. Karena mengkonsumsi makanan berlemak
tinggi dihunungkan dengan resiko terkena kanker payudara dan penyakit
hati maka lebih baik apabila membatasi konsumsi makanan berlemak.
e. Alkohol
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang
bermakna antara intake alkohol dengan resiko kanker payudara. Data
additional dari studi prospektif menunjukan dampak intake alkohol yang
berhubungan dengan peningkatan level esterogen.
3. Faktor resiko
Menurut Gale dan Charette (1999), faktor resiko terjadinya kanker
peyudara adalah :
a. Usia diatas 40 tahun.
b. Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga.
c. Menstruasi pada usia muda/usia dini.
d. Menopouse pada usia lanjut.
e. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut.
f. Pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonomi yang lebih tinggi.
g. Penggunaan eksogen esterogen jangka panjang dan progestin.
h. Terpajan pada radiasi pengionisasi berrlebihan.
i. Riwayat penyakit fibrokistik.
j. Kanker edometrial, ovarium atau kanker kolon.
4. Tanda dan gejala
Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa ada tanda dan gejala).
Tanda dan gejala yang paling umum adalah adanya benjolan atau penebalan
pada payudara, sedangkan tanda dan gejala lanjut kanker payudara meliputi
kulit cekung, retraksi atau deviasi puting susu dan nyeri, nyeri tekan atau
rabas khususnya berdarah dari puting. Kulit tebal dengan pori – pori
menonjol sama dengan kulit jaruk dan atau ulserasi pada payudara
merupakan tanda lanjut dari penyakit. Jika ada keterlibatan nodul, mungkin
menjadi keras, pembesaran nodul limfa aksilaris membesar dan ataunodus
supraklavikula teraba pada daerah leher. Tanda dan gejala dari metastase
yangluas meliputi nyeri pada bahu, pinggang, punggung bagian bawah atau
pelvis; batu menetap; anoreksia atau berat badan menurun; gangguan
penceernaan; pusing; penglihatan kabur dan sakit kepala (Gale dan
Charette, 1999).
5. Tingkatan klinik kanker payudara
a. Stadium I
Tumor kurang dari 2 cm, terbatas pada payudara, tidak ada nodul
limfa positif dan belum ada penyebaran.
b. Stadium II
Tumor kurang dari 2 cm dengan adanya nodul limfa positif, tidak
ada penyebaran atau tumor 2-5 cm dengan atau tanpa nodul limpa positif,
tidak ada penyebaran atau tumor lebih besar dari 5 cm dengan nodul
limfa negatif, tidak ada penyebaran yang nyata.
c. Stadium III
Tumor lebih besar dari 5 cm dengan nodul limfa positif dan belum
ada penyebaran atau tumor menyebar ke dinding dada atau kulit, terdapat
nodul positif pada payudara tanpa ada penyebaran yang nyata.
d. Stadium IV
Beberapa metastase jauh ke otak, paru – paru, hati atau tulang;
dengan atau tanpa nodul limfa positif.
6. Pencegahan, penapisan dan deteksi dini
Beberapa cara yang dipakai untuk scrining kanker payudara adalah :
a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), merupakan pemeriksaan
payudara sendiri yang dilakukan sendiri tiap bulan setelah menstruasi
pada wanita yang telah berusia 20 tahun.
b. Pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
misalnya dokter spesialis bedah, dokter umum atau perawat terlatih.
c. Pemeriksaan imaging, seperti mamografi dan ultrasonografi. Mamografi
merupakan pemeriksaan radiodiagnostik khusus dengan menggunakan
teknik foto “soft issue” pada payudara. Pemeriksaan ini digunakan pada
program skrining karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi sekitas 80-90%.
C. Pengetahuan, praktik dan simulasi
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
ini terjadimelalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2007).
Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi pengertian,
epidemologi, penyabab, faktor resiko, tanda gejala, tingkatan klinik dan
pencegahan serta deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan menganai
kanker payudara pada Mahasiswi diperoleh dari berbagai sumber,
diantaranya dari kuliah, buku dan literataur, interrnet dan berbagai sumber
lainya yang berisi informasi mengenai kanker payudara.
Tingkatan pengetahuan meliputi :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai memgingat suatu materi yang telah dipelajari
sebalumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pprngatahuan yang paling rendah. Kasta kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari.
b. Memahami (komprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orangg yang telah paham terhadap objek atau
materi hatus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan materi yang telah dipelajari
pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebaggai aplikasi atau
hukum–hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainyadalam konteks
atau situasiyang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang
diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materri atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemempuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaita dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah
ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al (2006) dengan judul Self
examination of the breast for early detection of breast : The role of medical
student in the Faculty of Medicine – University of Gezira – Sudan
menunjukan bahwa pendidikan di Fakultas Kedokteran mempengaruhi
pengetahuan, pengalaman dan sikap mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Gezira terhadap deteksi dini kanker payudara dengan
malakukan SADARI secara rutin (Sudan. J. Public Healt 2006; 1 (1): 36-
42)
2. Praktik atau tindakan
Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan
respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui.
Secara lebih operasional praktik dapat diartiakan sebagai suatu respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek
tersebut. Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif yang meliputi
pengetahuan, persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif merupakan
tindakan yang nyata atau practice. Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4
unsur pokok yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan
lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung dan sering disebut convert behaviour (Notoatmodjo,
2007). Pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya praktik. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik individu
dalam bekerja adalah karakteristik demografi berupa usia, jenis kelamin,
status kawin, banyaknya tanggungan dan masa kerja.
Menurut Notoadmodjo (2007), Praktik memiliki beberapa tingkatan,
yaitu :
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah
mencapai praktik pada tingkat tiga.
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut.
Secara lebih terperinci praktik manusia sebenarnya merupakan refleksi
dari berbagai gajala kajiwaan, seperti pengetahuan, dukungan, fasilitas,
keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Beberapa faktor yang menyebabkan wanita tidak rutin melakukan
SADARI atau bahkan menghindarinya adalah rasa malas, takut,
beranggapan bahwa dirinya tidak beresiko, malu, tidak tahu cara/ terniknya,
merasa tidak perlu lagi setelah menopouse, lupa dan tabu (Reeder, 1997).
3. Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan
cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu
(Yazan, 2009).
Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang
membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan
sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran ini
dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan
kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh
konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan
tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses
sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan
dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya,
dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator.
Model pembelajaran simulasi menurut Menurut Joyce dan Weil (1980)
dalam Udin (2001:66), bertujuan untuk:
a. melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari.
b. memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
c. melatih memecahkan masalah.
d. meningkatkan keaktifan belajar.
e. memberikan motivasi belajar.
f. melatih untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok.
g. menumbuhkan daya kreatif.
h. melatih untuk mengembangkan sikap toleransi.
D. Keterkaitan pengetahuan tentang kanker payudara dengan simulasi
praktik SADARI
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan pada perempuan yang
paling sering dijumpai di negara-negara barat. Tahun 1994 American Cancer
Society (ACS) memperkirakan rata-rata wanita Amerika yang beresiko terkena
kanker payudara adalah 1:8. Tahun 2004, di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 215.900 kasus kanker payudara baru pada wanita dan 40.110 wanita
meninggal akibat penyakit ini.
Faktor resiko terjadinya kanker payudara adalah usia diatas 40 tahun,
ada riwayat kanker payudara, menstruasi usia dini, menopouse pada usia
lanjut, tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia lanjut,
pendidikan lebih tinggi dan atau status sosial ekonominya lebih tinggi,
penggunaan eksogen esterogen, riwayat penyakit fibrokistik, kanker
endometrial, ovarium atau kanker colon (Gale dan Charette, 1999)
Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan
pemeriksaan payudara sendiri. SADARI dianjurkan dilakukan segera ketika
remaja putri mulai mengalami pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas.
Pada wanita muda sedikit sulit karena payudara mereka masih sangat
berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan
SADARI pada usia 20 tahun karena pada usia tersebut umumnya jaringan
payudara pada wanita telah terbentuk dengan sempurna.
Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi definisi, etiologi,
epidemologi, tanda dan gejala, faktor resiko serta pencegahan dan deteksi dini
kanker payudara. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari kuliah, membaca
literatur, surat kabat, internet dan sumber lainya.
Simulasi praktik dipengaruhi oleh pengetahuan, keinginan, kehendak,
minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Beberapa faktor yang
menyebabkan wanita tidak rutin melakukan SADARI atau bahkan
menghindarinya adalah rasa malas, takut, berangapan bahwa dirinya tidak
beresiko, malu, tidak tahu cara/ tekniknya, merasa tidak perlu lagi setelah
menopouse, lupa dan tabu (Reeder, 1997). Simulasi praktik SADARI
merupakan kebiasaan dalam melakukan SADARI meliputi alasan, waktu,
frekuensi dan ketepatan dalam melakukan teknik SADARI sesuai pedoman
pelaksanaan SADARI.
Pengetahuan banyak dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sarana
fisik dan sosio budaya masyarakat. Pengetahuan merupakan faktor
predisposisi terbentuknya perilaku. Pengetahuan tentang kanker payudara
akan mempengaruhi simulasi praktik SADARI. Pengetahuan yang baik
tentang kanker payudara dari wanita akan membentuk simulasi praktik
SADARI yang baik pula.