Rabu, 13 Juni 2012

Konsep Dasar Kecemasan

Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah respon emosional terhadap kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. (Gail W.Stuart,2006:144)
Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan dari susunan saraf Automotorik. (Haroldl Koplan.MD,1998:145)
Tanda dan gejala cemas
  • Tanda fisik
  • Gemetar,renjatan
  • Rasa goyah,nyeri punggung dan kepala
  • Ketegangan otot
  • Napas pendek,hiperventilasi
  • Mudah lelah
  • Sering kaget
  • Hiperaktivitas automotorik
  • Wajah merah pucat
  • Takikardia
  • Tangan rasa dingin
Gejala psikologik
  • Rasa takut
  • Sulit konsentrasi
  • Hepervigilance/siaga berlebihan
  • Isomnia
  • Libido menurun
  • Rasa mengganjal ditenggorokan
  • Rasa mual diperut
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ada dua :
Faktor-faktor kognitif
Fokus dari perspektif kognitif adalah pada peran dari cara berpikir yang distorsi dan disfungsional yang mungkin memegang peran pada pengembangan gangguan-gangguan kecemasan. beberapa gaya berpikir yang dikaitkan dengan gangguan-gangguan kecemasan adalah:
Prediksi berlebihan terhadap rasa takut
Orang dengan gangguan kecemasan sering kali memprediksi secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan yang akan mereka alami dalam situasi-situasi pembangkitan - kecemasan, orang dengan fobia ular misalnya, mungkin berharap akan gemetar ketika berhadapan dengan seekor ular
Keyakinan yang Self-Defeating atau rasional
Pikiran-pikiran Self-Defeating dapat meningkatkan dan mengekalkan gangguan-gangguan kecemasan dan fobia. Bila berhadapan dengan stimuli pembangkitan kecemasan, orang mungkin berfikir, ”Saya harus keluar dari sini,” atau”Jantung saya akan meloncat keluar dari dada saya”.pikiran-pikiran semacam ini mengintensifikasi keterangsangan otomotorik: menunggu rencana, memperbesar aversivitas stimuli, mendorong tingkah laku menghindar,dan menurunnya harapan untuk Self-Efficacy sehubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengembalikan situasi.
Sensitivitas berlebihan terhadap ancaman
Suatu sensitivitas berlebihan terhadap sinyal ancaman adalah ciri utama dari gangguan-gangguan kecemasan. Orang-orang dengan fobia memersepsikan bahaya pada situasi-situasi yang oleh kebanyakan orang dianggap aman,seperti menaiki elevator atau mengendarai mobil melalui jembatan. Kita semua mempunyai sistem alarm internal yang sensitif terhadap sinyal ancaman. Sistem ini secara ovulasi mempunyai keuntungan untuk manusia karena meningkatkan kemungkinan terhadap hidup dalam lingkungan yang sarat akan hostilitas.
Sensitivitas kecemasan
Sensitivitas kecemasan (anxiety sensitivity) biasanya didesifinisikan sebagai ketakutan terhadap kecemasan dan simtom-simtom yang terkait dengan kecemasan. Orang dengan taraf sensitivitas yang tinggi terhadap kecemasan mempunyai ketakutan terhadap ketakutan itu sendiri. Mereka takut terhadap emosi-emosi mereka atau takut bahwa keterangsangan tubuh yang diasosiasikan dengan keadaan tersebut akan menjadi tidak terkendali, mengakibatkan konsekuensi yang merugikan, seperti menderita serangan jantung,mereka mungkin mudah sekali menjadi panik bila mereka mengalami tanda-tanda kebutuhan dari kecemasan,seperti jantung berdebar, nafas pendek, karena mereka menganggap simtom-simtom ini sebagai akan datangnya malapetaka.
Sensitivitas terhadap kecemasan merupakan faktor resiko yang penting bagi gangguan panik
Salah mengatribusikan sinyal-sinyal tubuh
Para teoretikus kognitif menunjukkan peran dari salah interpretasi yang membawa bencana, seperti peran palpitasi jantung,pusing tujuh keliling,kepala enteng dalam eskalasi dari simtom-simtom panik menjadi serangan panik yang parah. Epinefrina mengintensifikasi sensasi fisik dengan terjadinya peningkatan denyut jantung, nafas cepat, dan berkeringat. Perubahan-perubahan pada sensasi tubuh ini diinterpretasikan secara salah sebagai tanda-tanda dari akan terjadinya serangan panik atau lebih buruk lagi sebagai tanda akan terjadinya bencana(“Ya Tuhan,saya mendapat serangan jantung!”). salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh lebih lanjut dapat memperkuat persepsi akan adanya ancaman,yang kemudian meningkatkan kecemasan, dan lebih lanjut lagi menyebabkan simtom-simtom tubuh yang terkait dengan kecemasan, dan seterusnya dalam suatu lingkaran setan yang dengan cepat akan membubung menjadi serangan panik yang sepenuhnya
Kecemasan dan Self-Efficacy yang rendah
Kehilangan kepercayaan dalam kemampuan sendiri untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Ide yang ingin diungkapkan dihambat oleh kecemasan,yang mengganggu kemampuannya untuk berpikir dan berbicara dengan jelas. Kecemasan ini dipertahankan dengan persepsi yang salah tentang dirinya sebagai tidak mampu untuk mengatakan hal yang benar bila diminta untuk berpendapat dalam kelas atau bila berjumpa dengan orang-orang baru
Faktor-faktor Biologis
Bukti-bukti makin bertambah mengenai pentingnya faktor-faktor biologis pada gangguan-gangguan kecemasan faktor-faktor seperti hereditas dan ketidakseimbangan biokimia di otak. faktor biologis diantaranya adalah:
Faktor-faktor genetis
Faktor-faktor genetis tampak mempunyai peran penting dalam perkembangan gangguan-gangguan kecemasan, termasuk gangguan panik ,gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesis-kompulsif, dan gangguan-gangguan fobia. Peneliti juga mengaitkan suatu gen dengan neurotisisme, suatu trait kepribadian yang mungkin mendasari kemudahan untuk berkembangnya gangguan-gangguan kecemasan. Trait neurotitisme mempunyai ciri kecemasan, suatu perasaan bahwa suatu yang buruk akan terjadi,dan kecenderungan untuk menghindari stimulus pembangkit ketakutan. Para peneliti memperkirakan bahwa separuh variabilitas dari masyarakat dalam populasi umum yang mempunyai trait mendasar ini berasal dari faktor-faktor ganetis,dan factor lingkungan menjelaskan yang separuhnya lagi.
Neorotransmiter
Sejumlah neurotransmitter berpengaruh pada reaksi kecemasan,termasuk gamma aminobutyrc (GAMA). GAMA adalah neurotransmitter yang inhibitori, yang berarti meredakan aktivitas berlebih dari system saraf dan membantu untuk meredam respon-respon stress. bila aksi GABA tidak adekuat, neuro-neuro dapat berfungsi berlebihan,kemungkinan menyebabkan kejang-kejang .dalam kasus-kasus yang kurang dramatis,aksi GABA yang kurang adekuat dapat meningkatkan kecemasan. ketidakteraturan dalam reseptor serotonin dan norepinephrine di otak juga memegang peran dalam gangguan-gangguan kecemasan. (Jeffrey S. Nevid, 2005:180)
Tingkat Kecemasan.
Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam hidup sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua prilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Kecemasan tingkat panik.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali,orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik ,terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan,dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. (Stuart dan Sundeen,1998:175)
Faktor Predisposisi
Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi dua tuntutan dari elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengikatkan ego bahwa ada bahaya.
Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.
Menurut pandangan prilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Pakar prilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.
Kajian keluarga, Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpah tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi.
Kajian biologis, menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.(Gail W.Stuart, 2006:146)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar