Jumat, 15 Juni 2012

pengaruh pendamping persalinan dengan lamanya proses persalinan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
World Health Organization  (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan
meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran, dan aborsi
yang tidak aman-sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. Kematian ibu
Menurut WHO adalah kematian yang terjadi  saat hamil, bersalin atau dalam 42
hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak
langsung terhadap kehamilan. Perdarahan,  sepsis, kelahiran prematur akibat
hipertensi, lahir mati, komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab
langsung yang berkontribusi pada 80% kematian (WHO, 2005).
Berdasarkan Survei Demografi  dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307
per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin
meninggal dunia karena berbagai sebab.  Demikian pula angka kematian bayi
(AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada
kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup (DepKes, 2004).
AKI di Sumatera Utara pada 5 (lima) tahun terakhir berdasarkan Profil
Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2006 menunjukkan kecenderungan penurunan. 
Pada tahun 2002 terdapat 360/100.000 kelahiran hidup (KH), tahun 2003 turun
menjadi 345/100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 menurun menjadi  330/100.000
kelahiran hidup, tahun 2005 menurun menjadi 315/100.000 kelahiran hidup dan
tahun 2006 tetap 215/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propsu, 2007).

Keselamatan ibu berisi jaminan kesehatan yang baik bagi bayinya selama
hamil, persalinan dan  masa setelah persalinan. Laki-laki  sebagai suami ikut
berperan dalam kehidupan dan kesehatan istrinya dan juga dalam kesehatan anak-
anak mereka. Suami memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan
persalinan istri serta setelah bayi  lahir, keputusan dan tindakan mereka
berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan  (Iskandar, 2007)
Kehadiran seorang pendamping persalinan memberikan pengaruh pada ibu
bersalin karena dapat berbuat banyak untuk membantu ibu saat persalinan.
Pendamping tersebut dapat memberikan dorongan dan keyakinan pada ibu selama
persalinan, membantu menciptakan suasana nyaman dalam ruangan bersalin,
melaporkan gejala-gejala atau sakit pada perawat atau dokter, dan membantu ibu
mengatasi rasa tidak nyaman fisik (Danuatmaja, 2004).
Melahirkan adalah suatu perjuangan sehingga dukungan suami saat
melahirkan sangat dibutuhkan. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum
saat kelahiran tiba, misalnya dengan mendampingi istri mengikuti senam hamil
atau kepelatihan persiapan melahirkan sehingga suami juga mengetahui apa yang
dapat dilakukannya saat istrinya menjalani proses melahirkan (Musbikin, 2005).
Kehadiran suami menjelang saat melahirkan akan membuat istri lebih
tenang. Apabila memungkinkan, suami sebaiknya mendampingi istri di ruangan
bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, do’a dan kata-kata penuh
motivasi yang diucapkan akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah
menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya (Nolan, 2003).
Sosa dkk menemukan bahwa para ibu  yang didampingi seorang sahabat
atau keluarga dekat (khususnya suami), selama persalinan berlangsung,

berpeluang jauh lebih kecil mengalami  komplikasi yang memerlukan tindakan
medis dari pada mereka yang tanpa pendamping. Yang mengherankan, persalinan
ibu-ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat
dan mudah, mereka lebih banyak tersenyum, membelai atau berbicara dengan
bayi mereka yang baru lahir (Musbikin, 2005).
Calon ibu yang persalinannya didampingi suaminya lebih jarang
mengalami depresi pasca-salin (post partum blues) ketimbang mereka yang tidak
didampingi. Penelitian lain menyebutkan, kehadiran suami saat persalinan
ternyata membuat waktu persalinan jadi lebih singkat, nyeri juga jadi berkurang,
robekan jalan lahir lebih elastis, terpenuhi perasaan nyaman. Bayi yang dilahirkan
nilai APGAR jauh lebih baik.  Suami sendiri, bisa menjadi  coach bagi istri,
misalnya saat istrinya melahirkan,  ia bisa memberi pijatan ringan di punggung
atau membimbing istrinya bernafas. Hal  sangat membantu proses persalinan,
sehingga peran suami tidak bisa diremehkan (Kurniasih, 2007). 
Dari penelitian tersebut, setidaknya ada dua hal yang cukup mendasar –
yang cukup menarik untuk kita amati.  Pertama : adalah pentingnya seorang
pendamping bagi para ibu yang melahirkan. Kedua : seorang pendamping bisa
mempengaruhi psikis seorang ibu dan lebih jauh membawa pengaruh positif
secara fisik, sehingga ketika masa melahirkan tiba, seorang ibu tidak terlalu
merasakan sakit secara fisik (Musbikin, 2005).
Laporan dan uji terkontrol acak  tentang dukungan persalinan yang
diberikan oleh satu orang, seorang ”doula” (sebagai pemberi perawatan wanita,
yang telah menjalani pelatihan dasar dalam persalinan dan pelahiran serta terbiasa
dengan prosedur perawatan yang bervariasi luas)”, bidan atau perawat, menunjukkan bahwa dukungan fisik dan empati yang terus menerus selama
persalinan menghasilkan banyak keuntungan, termasuk persalinan lebih singkat,
pengobatan dan analgesia epidural lebih sedikit secara signifikan, nilai APGAR
<7 lebih sedikit, dan lebih sedikit persalinan operatif  (Burhan, 2003).
Dari laporan beberapa penelitian yang telah dikemukakan di atas, jelas
bahwa suami atau keluarga sangat berperan penting dalam mendampingi ibu saat
proses persalinan melalui dukungan fisik dan empati yang diberikan selama
persalinan, akan tetapi masih banyak suami dan keluarga bahkan tenaga kesehatan
yang belum mengetahui pentingnya dukungan tersebut. 
Dari survei pendahuluan  pada tanggal 12 Oktober 2007 di Rumah Sakit
Umum Sundari, penulis mendapat informasi dari beberapa Bidan bahwa masih
ada suami yang tidak mau  mendampingi persalinan  karena takut melihat darah
dan malu, sedangkan pihak rumah sakit sudah memberikan kesempatan tersebut,
dan juga bidan menginformasikan bahwa ada juga pendamping persalinan hanya
menonton saja, tidak berbuat apa-apa. Atas informasi inilah sehingga penulis
berminat mengadakan penelitian tentang  ”Pengaruh Tindakan Pendamping
Persalinan Terhadap Lamanya Proses Persalinan di Rumah Sakit Umum
Sundari Medan Maret 2008”.

1.2.  Pertanyaan Penelitian
 Apakah ada pengaruh pendamping persalinan dengan  lamanya proses
persalinan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Maret 2008?

Universitas Sumatera Utara  5
1.3.  Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh tindakan pendamping persalinan dengan lamanya proses persalinan di
Rumah Sakit Umum Sundari Medan Maret 2008.

1.4.  Tujuan Khusus
1.  Untuk mengetahui tindakan yang  dilakukan oleh seorang pendamping
persalinan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Maret 2008.
2.  Untuk mengetahui lamanya proses  persalinan ibu yang mendapatkan
tindakan pendamping persalinan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
Maret 2008. 
3.  Untuk mengetahui  seberapa besar pengaruh tindakan pendamping
persalinan  terhadap lamanya proses persalinan di Rumah Sakit Umum
Sundari Medan Maret 2008.

1.5. Manfaat Penelitian
1.  Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai masukan bagi pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Umum
Sundari untuk meningkatkan peran serta keluarga dalam proses persalinan. 
2.  Bagi institusi pendidikan
Sebagai referensi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. 
3.  Bagi peneliti selanjutnya
Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah dan
penerapan di lapangan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar